Bacaini.id, KEDIRI – Bagi sebagian orang daun tebu tidak bernilai ekonomi. Namun ditangan Marwan, daun gatal yang cukup tajam itu dapat disulap menjadi atap welit yang laku keras di pasaran.
Rumah Marwan berada di pinggir jalan raya Plosokandang, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung. Di teras rumah yang berukuran sekitar 3 x 4 meter, ia sehari-hari menjejerkan daun tebu hingga rapi menjadi atap welit.
Saat itu, hujan baru saja reda, Marwan menganyam atap welit yang sudah di pesan sebuah kedai di Tulungagung. ”Pesanan 100 welit mas, ini kurang 20,” kata Marwan kepada Bacaini.id pada Kamis, 4 Maret 2021.
Sebagain besar atap welitnya digunakan untuk atap gubuk, gazebo, dan angkringan, sehingga menimbulkan kesan “ndeso”.
baca ini : Warga Kediri Olah Limbah Kertas Jadi Produk Bernilai Jual
Selain itu, atap welit juga bisa membuat suasana hangat ketika hujan, sebaliknya jika cuaca sangat terik, siapapun yang berteduh di bawah atap welit akan merasa sejuk.
Satu atap welit memiliki panjang dua meter, dengan lebar satu meter. Sekitar 250 helai daun tebu yang mengering untuk satu atap welit. Ia menggunakan bambu Petung sebagai rangkanya. Setelah daun tebu disusun sedemikian rupa hingga rapi, ia mengikatnya dengan tali dari bambu atau tutus.
Peminat atap welit buatan Marwan ini menjangkau berbagai daerah di Jawa Timur, seperti Kediri, Blitar, dan Trenggalek. Pada era pandemi ini, Marwan mengatakan, orang yang membeli semakin banyak, karena banyak yang mencoba usaha warung dengan konsep gubuk.
”Harganya Rp 8.000 per unitnya mas, katanya orang sih mahal daripada yang lain,” kata Marwan dengan ketawa.
baca ini : Begini Kelezatan Bakso Kartini Yang Trending di Medsos
Ia menekuni kerajinan atap welit dari daun tebu sudah enam tahun, sebelumnya berwirausaha ternak ayam. Rezeki dari berjualan atap welit, digunakan menafkahi istrinya, sementara anak tunggalnya sudah hidup mandiri dan berumah tangga. Marwan merasa ramainya penjualan ini hanya bonus saja, karena tujuan utamanya agar tidak menganggur di masa lansia.
Marwan setiap hari beraktivitas mulai dari mencari daun tebu di ladang milik orang, lalu membawa pulang untuk dijadikan atap welit. Dalam satu hari bisa membuat sekitar 10 unit atap welit, kalau pesanan membludak, ia harus lembur.
”Saya suka pekerjaan ini karena tubuh saya bergerak terus dan berkeringat, sehingga jarang sakit,” tuturnya.
Penulis : Aris Syaiful Anwar
Editor : Karebet