Bacaini.id, KEDIRI – Jejak perjuangan Jenderal Soedirman tak bisa dipisahkan dari Kota Kediri. Sebuah patung besar yang dipahat di Jalan Patimura menjadi saksi keberadaan sang jenderal di kota ini.
Patung Jenderal Soedirman ini berdiri di Gang Pagora Kelurahan Setono Pande. Tepatnya di sebelah timur perlintasan kereta api, sebelum kompleks Pasar Setono Betek Kediri.
Keberadaan patung ini sangat mudah dikenali pengguna jalan. Selain berada di depan gang tepi jalan raya, warna patung yang seluruhnya dicat hijau cukup mencolok. Ukurannya juga besar. Dan yang paling menarik, posenya sedang menunjuk ke depan. Warga setempat menyebutnya dengan ‘patung nduding’.
Patung nduding ini terlihat sangat gagah. Patung ini mendeskripsikan seorang Jenderal Soedirman yang mengenakan seragam gerilya, yakni kemeja, celana panjang, mantel, sepatu boot, keris, dan udeng.
Tangan kanan patung itu menunjuk ke depan seperti memberi perintah. Sedangkan tangan kiri memegang teropong (keker). Ekspresi wajah Pak Dirman juga digambarkan sedang tersenyum. Menunjukkan sosok Pak Dirman yang santun meski bergelar Jenderal.
Dan ciri lain yang tak kalah menonjol dari patung itu adalah komposisi anggota tubuhnya yang tidak proporsional. Selain ukuran kepalanya cenderung kecil, telapak tangannya terlihat sangat besar. Di luar itu, patung itu terlihat sangat gagah.
baca ini PG Meritjan Kediri Sempat Menjadi Pabrik Senjata Perang di Masa Penjajahan Jepang
Sejumlah orang yang tinggal di sekitar patung mengaku tidak tahu sejak kapan patung itu berdiri di sana. Mereka juga tidak mengetahui siapa yang memahatnya pertama kali. Ini lantaran mayoritas warga yang berdomisili di kampung distro adalah pendatang. Mereka rata-rata berprofesi sebagai pedagang pakaian dan asesoris.
Penelusuran Bacaini.id menemukan fakta lain di balik berdirinya patung itu. Bonggo Prayitno, warga Kelurahan Setono Pande mengatakan jika patung itu dibuat pada tahun 1991 – 1992. Bonggo adalah warga asli Setono Pande yang mengetahui riwayat pendirian patung nduding.
“Warga di sini menyebutnya dengan patung nduding, karena pose Pak Dirman sedang menunjuk,” kata Bonggo kepada Bacaini.id, Rabu 24 Februari 2021.
Menurut Bonggo, patung itu dibuat oleh seniman Kediri bernama Pak Pingan, yang juga warga Kelurahan Setono Pande. Pak Pingan sendiri telah wafat pada tahun 2009. Saat membuat patung itu, Pak Pingan berusia 40 tahun. “Motivasinya hanya ingin membuat patung pahlawan di depan gang,” kata Bonggo.
Pada saat patung itu dibuat, kondisi Gang Pagora tidak seperti sekarang ini. Jalannya masih tanah dengan sedikit penerangan. Gapura gang Pagora juga belum ada. Karenanya keberadaan patung itu menjadi tanda gang Pagora.
baca ini Lokalisasi Semampir Sudah Ada Sejak Kerajaan Kadiri
Selain nama gang, Pagora juga menjadi nama sebuah gedung bioskop yang berdiri di sana. Gedung bioskop Pagora dikhususkan untuk segmen menengah bawah karena minimnya fasilitas yang ada. Sementara tak jauh dari tempat itu, tepatnya di depan Pasar Setono Betek terdapat juga gedung bioskop Sentral.
Di era orde baru, para pelajar diwajibkan menonton film perjuangan di bioskop Pagora. Di luar itu, bioskop ini sering memutar film produksi Indonesia.
Bonggo menuturkan, pembangunan patung Pak Dirman kala itu sudah atas persetujuan pihak kelurahan. Pak Pingan mencontek sebuah foto sebagai acuannya. Besarnya ukuran patung yang dibuat, menurut Bonggo, membuat patung nduding menjadi nomor dua setelah patung Mayor Bismo di alun-alun.
Pada awal patung Jenderal Sudirman berdiri, banyak orang dari luar kota yang penasaran ingin melihat. Mereka mengira ada tempat bersejarah di sana. Tetapi Bonggo meyakinkan bahwa berdirinya patung tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan sejarah.
“Itu murni inisiatif dari warga sini, kalau menurut saya memang tidak ada hubungannya dengan sejarah,” tambahnya.
baca ini Sejarah Tahu Dibawa Tentara Kubilai Khan Masuk Melalui Jongbiru
Meski diarsiteki Pak Pingan, pembuatan patung itu melibatkan sejumlah warga Setono Pande. Selain tenaga, warga juga menyumbang material dan biaya. Sedangkan tahap finishing patung dilakukan sendiri oleh Pak Pingan.
Sebelum patung Pak Dirman berdiri, terdapat juga patung berbentuk bambu runcing di sebelah barat. Tetapi beberapa tahun lalu patung itu terpaksa dibongkar karena menghalangi jalan masuk kendaraan besar.
Jejak keberadaan Jenderal Soedirman di Kediri tak sepenuhnya rekaan. Sebuah rumah di Jalan MH.Thamrin No.45, Kelurahan Kemasan, Kota Kediri menjadi saksi keberadaan Pak Dirman di Kediri. Rumah yang berada di sudut perempatan tempat mangkal penjual ikan ini pernah menjadi rumah singgah Jenderal Soedirman saat memimpin perang gerilya.
Rumah itu diketahui milik seorang dokter yang bertugas di RS Kabupaten Kediri (RSKK). Saat ini rumah itu terlihat masih kosong dan tidak ditempati.
Penulis: Novira Kharisma
Editor: HTW