KEDIRI – Peringatan Hari Ulang Tahun Nahdlatul Ulama tak bisa dilepaskan dari sosok KH Hasyim Asyari. Dia adalah salah satu pendiri Nahdlatul Ulama yang memiliki kisah unik di Pondok Pesantren Kapurejo.
Kisah KH Hasyim Asyari di Pondok Pesantren Kapurejo, Desa Pagu, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri cukup unik dan nyentrik. Bagaimana tidak, ulama besar ini mendapatkan jodoh perempuan yang menjadi istrinya karena memenangkan sayembara yang digelar pendiri pondok.
Cerita ini dituturkan oleh pengasuh Ponpes Kapurejo Muhammad Hamdani B. Bik kepada Bacaini.id, Senin 1 Februari 2021. KH Hasyim Asyari dikisahkan pernah berdiam di Ponpes Kapurejo di era sebelum tahun 1920. “Kalau tahunnya berapa saya kurang faham, kalau menurut cerita dari keluarga di sini sebelum tahun 1920,” kata Hamdani atau Gus Ibik.
baca ini Kisah Gus Maksum Pendekar Rambut Api Dari Lirboyo
Keberadaan KH Hasyim Asyari di pondok ini bermula dari sebuah sayembara yang diumumkan KH Hasan Muchyi, pemilik pondok. Sayembara itu bertujuan mencari orang yang bisa menyembuhkan sakit Nyai Masrurah, putri KH Hasan Muchyi.
Tak disangka, KH Hasyim Asyari lah yang kemudian berhasil memenangkan sayembara itu. Sebagai imbalannya, dia dinikahkan dengan Nyai Masruroh oleh KH Hasan Muchyi.
Menurut Gus Ibik, sakit yang diderita Nyai Masrurah adalah berperilaku tak wajar atau Jadzab. Ketika diberi sebotol air minum oleh KH Hasyim Asyari, penyakit itu sembuh seketika.
KH Hasyim Asyari sendiri sebenarnya tidak berniat mengikuti sayembara itu. Dia hanya dimintai tolong oleh KH Khusairi, kerabat Nyai Masruroh untuk menyembuhkan saudaranya yang sakit. Kala itu KH Khusairi yang mondok di Ponpes Tebuireng sedang memijat KH Hasyim Asyari.
Saat memijat itulah dia memberanikan diri bercerita kepada KH Hasyim Asyari tentang kondisi Ny Masruroh. Tanpa bertemu muka dengan Nyai Masruroh, KH Hasyim Asyari memberikan sebotol air untuk diminumkan. Hingga terjadilah keajaiban itu.
baca ini Mengena Dua Pahlawan Nasional Dari Jombang
Setelah menikah, KH Hasyim Asyari bermukim di Ponpes Kapurejo. Beliau menempati rumah di sebelah utara Masjid An-Nur atau masjid pondok pesantren. Di sana KH Hasyim menetap selama kurang lebih dua tahun. Selama itu pula dia sering pulang pergi ke Tebuireng.
“Selama di sini, menurut keterangan keluarga, banyak tokoh bangsa seperti Pak Karno dan Tan Malaka yang berkunjung. Kalau sudah datang dan ngobrol dari malam sampai pagi,” kata Gus Ibik.
Tak ada petunjuk tentang materi percakapan ketiga tokoh bangsa tersebut.
Gus Ibik menambahkan, sebelum menikah dengan KH Hasyim Asyari, Nyai Masrurah sempat dinikahi KH Ikhsan dari Pondok Pesantren Jampes. Karena tak kunjung punya momongan, keduanya berpisah.
Selang beberapa tahun Nyai Masrurah menikah dengan Sayyid Shodaqoh dari kerajaan Arab Saudi dan memiliki satu anak. Terakhir beliau menikah dengan KH Hasyim Asyari sebagai istri keempat. Dari pernikahan ini lahir empat anak, yakni Abdul Qadir, Fatimah, Khadijah dan Muhammad Ya’qub. Perkawinan dengan Masrurah ini merupakan perkawinan terakhir bagi Kiai Hasyim hingga akhir hayatnya.
Penulis: Karebet
Editor: HTW