Bacaini.ID, KEDIRI — Mohammad Husni Thamrin atau lebih dikenal dengan MH Thamrin. Seorang pemikir sekaligus tokoh pergerakan pra kemerdekaan Indonesia.
Nama Thamrin diperoleh dari ayahnya, Thamrin Moh Tabri yang seorang wedana. Ayah Thamrin Moh Tabri pengusaha Inggris yang beristrikan perempuan pribumi (Indonesia).
Baca Juga: Panas Dingin Hubungan Bung Karno dan Amir Syarifuddin yang Berhutang Nyawa
Lahir 16 Februari 1894 di Batavia (Jakarta), MH Thamrin sejak kecil lebih suka bergaul dengan rakyat jelata ketimbang bermain dengan sesama anak-anak priyayi Jawa.
Pernah bekerja di pemerintahan. Juga di perusahaan pelayaran pengiriman paket kerajaan selama 10 tahun. MH Thamrin mewakili golongan kanan atau golongan kooperasi.
Pada saat itu pergerakan nasional terbelah jadi 2 golongan. Golongan kanan yang biasa disebut kaum loyalis (kooperasi) dan golongan kiri atau non kooperasi dengan sikap oposisi.
MH Thamrin merupakan lawan tangguh dalam berdebat buat Amir Sjarifuddin yang mewakili kelompok kiri yang saat itu lagi moncer-moncernya.
Baca Juga: Pilih Pemerintahan Soekarno-Hatta atau Musso-Amir, Sebuah Sejarah Kelam Indonesia
Pada tahun 1927 MH Thamrin ditunjuk sebagai anggota Volksraad (Dewan Rakyat). Posisi yang sebelumnya ditawarkan kepada HOS Tjokroaminoto dan Dr Soetomo, namun ditolak.
Pada Mei 1939 Thamrin memelopori berdirinya Gabungan Politik Indonesia (GAPI). Persatuan nasional dan penentuan nasib sendiri menjadi salah satu tujuan utamanya.
MH Thamrin menjadi tokoh sentral di GAPI. Begitu juga dengan Amir Sjarifuddin. Amir kemudian memilih minggir setelah berpolemik panjang dengan Thamrin. Ia menarik diri dari GAPI.
“Amir menarik diri atau minggir dari percaturan. Langkah ini dilakukannya sesudah terjadi polemik panjang dan ramai dengan Thamrin,” demikian dikutip oleh Bacaini.id dari buku Mencari Kiri, Kaum Revolusioner Indonesia dan Revolusi Mereka Jumat (26/12/2025).
MH Thamrin Wafat
Pada tahun 1941 pemerintah Kolonial Belanda mencurigai MH Thamrin telah menjalin hubungan dengan Jepang yang merupakan lawan Sekutu dalam Perang Dunia II.
Sejumlah polisi rahasia Belanda (PID) menggeledah paksa rumahnya. Thamrin dalam kondisi sakit diperlakukan secara kasar. Protesnya atas perlakuan kasar tidak diindahkan oleh para PID.
Baca Juga: Mengenang Soe Hok Gie Sebagai Sejarawan yang Jernih
Polisi Belanda kemudian menjaga ketat rumahnya. Ia dan keluarganya dilarang meninggalkan rumah tanpa seizin polisi. Pada 11 Januari 1941 MH Thamrin wafat setelah mengalami serangan jantung.
Ia dimakamkan di TPU Karet Bivak Jakarta. Pada 28 Juli 1960 Pemerintahan Soekarno menganugerahi MH Thamrin sebagai pahlawan nasional.
Penulis: Solichan Arif





