KEDIRI – Beredarnya video terduga Gisel Anastasia memicu kecemasan masyarakat, khususnya orang tua. Sebab kecanduan film porno bisa memicu depresi hingga emosional.
Kristika Sadtyaruni, M.PSi., psikolog Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kota Kediri mengatakan dampak dari pornografi sangat berbahaya. Terlebih untuk remaja. “Remaja lebih rentan, karena usia remaja juga usia pubertas,” kata Kristika kepada Bacaini.id.
Menurutnya pornografi bisa merusak tiga aspek, yaitu aspek pikiran (kognisi), perasaan, dan perilaku. Aspek pikiran karena remaja yang terpapar pornografi akan mengalami penurunan tingkat konsentrasi.
Kristika mengatakan pikiran merupakan dasar masuk informasi dan ilmu pengetahuan. Ketika konsentrasi tidak bagus, maka informasi dan ilmu pengetahuan otomatis juga tidak akan terserap secara baik.
Jika dibiarkan, hal itu akan mempengaruhi aspek perasaan. Remaja yang terpapar pornografi akan kesulitan mengendalikan diri atau emosi. Mereka akan sulit mengendalikan hal-hal yang mereka inginkan. Sehingga menjadi lebih mudah frustasi, cemas, agresif, sering tidak merasa nyaman dan merasa tidak tenang.
“Itu nanti bisa terjadi secara bertahap, ketika sudah benar-benar tak terkendali, bisa menjadikan depresi juga,” tambahnya.
Ketika sudah sulit mengendalikan emosi atau perasaan, maka yang terjadi adalah sulitnya mengendalikan perilaku. Ketika itu terjadi, apapun yang dilakukan para remaja tersebut hanya berdasar pada dorongan-dorongan sesaat.
Menurut Kristika, hal itu tidak menutup kemungkinan untuk mengarah ke hal yang lebih jauh yaitu pada perilaku sex yang beresiko. “Karena masa pubertas hormon seksual sedang meningkat, jadi bisa mengarah ke free sex sebagai pelampiasan,” lanjut Kristika.
Ketiga aspek itukah yang menjadi dampak ketika seseorang kecanduan pornografi. Bahkan secara kompleks tentunya mengarah ke tindakan kriminalitas. Misalnya sadisme, fetisisme dan pedofilia. Untuk dampak dari pornografi, remaja laki-laki bisa dikatakan lebih rentan. Itu juga berhubungan dengan hormon pada masa pubertas.
Resiko Pembelajaran Daring
Penerapan pembelajaran sistem daring (online) turut menjadi kewaspadaan Kristika dalam penggunaan gadget. Sebagai psikolog, Kristika menghimbau kepada orang tua untuk membuka komunikasi intens dengan anak.
Beberapa kasus yang sempat ditangani berawal dari ketidaksengajaan. Misalnya ketika bermain game, muncul beberapa iklan dengan konten dewasa. “Karena secuil cuplikan itulah yang membuat penasaran dan akhirnya berkelanjutan,” ucapnya.
Di sinilah pentingnya membangun keterbukaan komunikasi orang tua dengan anak sejak dini. Hal itu akan membentengi anak untuk selalu terbuka dan bertanya pada orang tuanya ketika tidak memahami sesuatu. “Jawab apa yang ditanyakan, tanggapi apa yang diceritakan sesuai pemahaman anak,” pungkasnya.
Pemerhati anak dari Lembaga Perlindungan Anak Kota Kediri Ulul Hadi mengatakan ada banyak penyimpangan perilaku yang dipicu oleh film porno. Penggunaan gadget yang berlebihan saat ini turut menyumbang kasus pornografi pada anak.
“Tidak bisa ditawar lagi, penggunaan gadget pada anak harus dikendalikan. Kita tidak bisa menyerahkan masa depan anak-anak pada teknologi,” katanya.
Penulis: Novira Kharisma
Editor: HTW