Bacaini.ID, BLITAR – Kawasan pertanian di wilayah Kecamatan Srengat, Talun, Nglegok dan Doko Kabupaten Blitar menjadi project menjaga stabilitas stok dan harga cabai.
Melalui Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) 2025, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Blitar telah menyiapkan budidaya cabai di atas lahan seluas 16 hektar.
Penanaman cabai di 4 kecamatan (16 hektar) dilakukan di musim hujan. Bercocok tanam dimulai pada bulan Desember 2025 dan diestimasikan panen Februari-Maret 2026.
Yang dilakukan DKPP dengan alokasi DBHCHT 2025 itu diketahui dalam rangka memperkuat ketahanan pangan daerah.
“Kami berharap pada saat panen cabai bisa membantu menstabilkan harga,” ujar Siswoyo Adi Prasetyo, Kepala Bidang Sarana Tanaman Pangan dan Hortikultura DKPP Kabupaten Blitar kepada wartawan Rabu (19/11/2025).
Baca Juga:
- Ini Upaya DKPP Blitar Manfaatkan DBHCHT Rp5,6 M Untuk Petani
- Ribuan Buruh Tembakau di Kabupaten Blitar Terima BLT dari DBHCHT
- DBHCHT 2025 di Kabupaten Blitar Membantu Percepatan Pembangunan
DKPP Kabupaten Blitar mengistilahkan penanaman cabai di musim hujan sebagai project penanaman cabai off season. Istilah yang mengacu kebiasaan petani, yakni menghindari menanam cabai di musim hujan.
Pada setiap musim penghujan mayoritas petani di Blitar diketahui selalu memilih menanam padi. Terutama para petani di wilayah utara yang menjadi basis pertanian. Mereka enggan berisiko tinggi.
Hal itu mengingat ongkos produksi menanam cabai lebih tinggi ketimbang tanaman lain, terutama padi.
Akibatnya pada saat panen padi di waktu yang sama terjadi kekurangan stok cabai. Imbas lebih jauh harga cabai di pasaran melambung tinggi.
DKPP Kabupaten Blitar ingin mengakhiri persoalan yang terjadi rutin setiap tahun itu. Adapun 4 wilayah kecamatan yang dipilih karena pertimbangan kesiapan kelompok tani.
Masing-masing kelompok tani yang diproyeksikan mengelola 4 hektar lahan dinilai lebih siap.
Sementara dengan menjadi pendamping, DKPP menyediakan benih cabai, pupuk (organik dan kimia) dan mulsa plastik untuk menutup bedengan.
“Para kelompok tani ini merupakan para petani yang berpengalaman di bidang hortikultura dan siap menghadapi tantangan,” terang Siswoyo Adi Prasetyo.
Menurut Siswoyo Adi Prasetyo, pendampingan kepada kelompok tani ini dilakukan selama proses berlangsung. Yakni mulai musim tanam cabai hingga tiba musim panen.
Project yang dimulai pada akhir tahun 2025 ini diharapkan bisa berjalan maksimal. Sehingga stok dan harga cabai di masyarakat bisa senantiasa terjaga. (*)





