Sound Horeg zaman dulu tidak sekeras ini
Bacaini.ID, BLITAR – Perbincangan tentang sound horeg tak bisa dilepaskan dari Mas Bre, pengusaha sound horeg asal Blitar yang memiliki banyak penggemar di tanah air. Kepada Bacaini.ID, Mas Bre menuturkan perjalanan hidupnya hingga terjun ke dunia sound horeg.
Mas Bre adalah julukan yang diberikan penggemar sound horeg kepada Muzahidin, pria kelahiran Udanawu, Kabupaten Blitar tahun 1986. Mas Bre sendiri singkatan dari Brewog, yang menjadi identitas Muzahidin dengan cambang dan kumis yang lebat.
Jauh sebelum mengenal sound horeg, Mas Bre adalah pekerja serabutan yang mencari nafkah dengan berbisnis online. Kala itu bisnis online belum begitu banyak menarik perhatian orang.
Perkenalan Mas Bre pada sound horeg terjadi di tahun 2017. Entah kenapa ia menikmati momen ketika berada di depan sound. Saat itu karnaval sound horeg sedang digandrungi anak muda di Blitar, terutama saat peringatan kemerdekaan RI. “Pada akhir tahun 2018, saat pulang nonton karnaval, saya langsung bikin (sound),” kata Mas Bre dalam wawancara dengan Bacaini.ID, Oktober 2021 di Blitar.
Awal merakit sound Mas Bre menggunakan merek Itali bernama RCF. Pengetahuan merakit sound dipelajari dari YouTube. Ia bahkan tidak pernah bersinggungan dengan dunia sound system sebelumnya.
Mas Bre juga mengaku tidak menghitung berapa uang yang dibelanjakan untuk merakit sound pertama kali. “Tahu-tahu uangnya habis,” katanya tertawa.
Namun ia masih mengingat sound pertama kali yang sukses ia rakit pada akhir tahun 2018. Sound itu kemudian ditampilkan di Ringinanom, hingga akhirnya dikenal luas dan mulai disewakan secara profesional pada tahun 2019.
Ada yang menarik dari cerita Mas Bre tentang sound horeg. Menurutnya, awal mula karnaval sound muncul tidak menghasilkan suara sekencang sekarang. “Saat itu tumpukannya masih sedikit, jadi suaranya tidak begitu keras. Tapi lama-lama makin besar dan mulai menggunakan truk,” katanya.
Pertunjukan sound horeg zaman dulu juga tidak memerlukan izin khusus. Apalagi jika dilakukan pada saat karnaval. Bahkan menurut Mas Bre, selama menyewakan sound tidak pernah ada komplain atau penolakan dari masyarakat. “Selama ini kan yang nyewa dari kalangan yang suka,” katanya.
Bahkan saat merakit dan mengujicobakan sound di rumah, Mas Bre mengklaim tidak ada satupun tetangganya yang keberatan. Ini karena ia memilih waktu menyalakan sound saat warga sedang bekerja di sawah.
Penulis: Hari Tri Wasono