Bacaini.ID, KEDIRI – Film berjudul Krisis (1953) yang disutradarai Usmar Ismail jadi debut karir Nurnaningsih sebagai aktris layar lebar.
Usmar Ismail seorang seniman yang juga wartawan. Pada medio 1962-1969 sebagai Ketua Umum Lesbumi (Lembaga Seniman Muslimin Indonesia).
Pada periode 1964-1969 tercatat anggota PBNU. Film Krisis mengangkat tema korupsi pada masa revolusi. Nurnaningsih berperan sebagai Ros.
Ia adu akting dengan Tina Melinda, Rd Sukarno, Udjang, Rida Umami dan Wahid Chan. Orang belum meliriknya.
Sosoknya sebagai orang film memang belum dikenal. Namun setahun kemudian (1954) nama Nurnaningsih menyita perhatian.
Adegan panasnya dalam film Harimau Tjampa yang disutradarai Djajakusuma dengan produser Usmar Ismail jadi buah bibir.
Tubuh molek Nurnaningsih diumbar ke publik. Nyaris telanjang.
“Ini merupakan penampilan berani pertama dari bintang film pribumi Indonesia,” demikian dikutip dari buku Bukan Tabu Nusantara (2018).
Nurnaningsih lahir di Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 5 Desember 1925.
Menyusul namanya digandrungi para pria sebagai bintang panas, foto-foto bugil Nurnaningsih beredar ke publik.
Foto hasil jepretan fotografer tidak terkenal. Paling banyak beredar di Jakarta. Selebihnya di Kota Siantar, Sumatera.
Peristiwa itu berlangsung pada pertengahan 1954. Foto-foto dengan poses cabul itu laris manis dijualbelikan di pasar gelap.
Nurnaningsih dianggap telah menyebarkan aksi pornografi dan diperiksa aparat kepolisian.
“Nurnaningsih sempat diinterogasi kepolisian Jakarta pada awal Oktober 1954 karena dianggap menyebarkan pornografi”.
Nurnaningsih berdalih foto dibuat untuk keperluan teman pelukis. Ia jadi modelnya. Ia mendapat honor 200 rupiah untuk setiap foto.
Foto telanjang dengan pose menantang itu mestinya dicetak di buku dan untuk kalangan sendiri. Namun diduga ada pihak yang sengaja menyalahgunakan.
Polisi fokus memburu pihak yang mengedarkan. Dalam perkembangannya foto yang beredar dikatakan hasil rekayasa.
Peredaran foto panas tidak menyurutkan para penggemar Nurnaningsih. Namun ada sejumlah orang yang kurang menyukainya.
Pada 24 November 1955. Nurnaningsih berkunjung ke Medan untuk memenuhi undangan Ikatan Seni Drama dan Film Indonesia (Isdrafin).
Ia ikut ambil peran dalam pentas sandiwara lakon tiga babak Korban Revolusi (Korban Korupsi) karya Rustam Effendi.
Tiba-tiba muncul sejumlah orang tak dikenal di depan panggung. Awalnya menghujat. Kemudian ada yang menyambitkan batu ke arah Nurnaningsih.
Dalam keterangannya, Nurnaningsih menyatakan tidak pernah berniat memorosotkan seni.
Ia hanya berusaha melawan pandangan kolot dalam kesenian Indonesia. Karenanya Nurnaningsih tidak pernah keberatan dipotret bugil kembali.
“Jika itu untuk tujuan seni dan keindahan, bukan untuk melakukan pelanggaran kesusilaan demi mendapatkan keuntungan,” katanya.
Penulis: Solichan Arif