• Login
  • Register
Bacaini.id
Wednesday, November 5, 2025
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
Bacaini.id

Mempertanyakan Ulang Gelar Pahlawan Indonesia

ditulis oleh Editor
24/05/2025
Durasi baca: 3 menit
Mempertanyakan Ulang Gelar Pahlawan Indonesia

Mempertanyakan Ulang Gelar Pahlawan Indonesia (foto/ist)

Kenapa bukan Malahayati yang menjadi Pahlawan Nasional? Bukankah Malahayati seorang Panglima Perang Perempuan yang dikenal di berbagai negara, karena kepemimpinan dan keberaniannya dalam memimpin perang besar?

Itu salah satu pertanyaan dari banyak budayawan dan sejarawan yang kritis terhadap peringatan Hari Pahlawan yang disematkan pada Kartini.

Pertanyaan kritis seperti ini mulai menyeruak ke hadapan publik terutama pasca runtuhnya Orde Baru. Khususon pada peringatan hari besar yang digagas oleh negara dalam memilih sosok yang layak dianugerahi gelar pahlawan.

Bahkan pada medio 2005-an muncul tuntutan untuk mengajukan Soeharto sebagai sosok yang layak diberi gelar pahlawan bangsa.

Tuntutan yang bersifat laten itu sepertinya akan terus didaur ulang.

Gelar kepahlawanan-pun menjadi kontroversial, standar kelayakan seseorang dianggap sebagai pahlawan jadi polemik baru di kalangan politisi, cendekiawan dan budayawan.

Tapi semua itu sayangnya hanya berjalan sesaat saja, hanya bersifat momentum.

Karena hingga kini standard kelayakan seseorang dianggap layak untuk mendapat gelar pahlawan belum usai dan justru hilang dari pendengaran masyarakat.

Kartini dianggap tokoh pergerakan pendidikan perempuan lantaran surat menyuratnya dengan sahabatnya yang bernama Abendanon dari Belanda.

Kartini dianggap keluar dari perspektif tradisi masyarakat Jawa yang seolah melarang perempuan untuk beraktifitas di luar rumah.

Tapi benarkah demikian perspektif sistem sosial di Jawa?

Kartini Fonds atau Dana Kartini atau Yayasan Kartini merupakan organisasi pergerakan perempuan yang didirikan pada 27 Juni 1912 di kota Den Haag, Belanda.

Kartini Fonds didirikan atas prakarsa dari penganut kebijakan Politik Etis bernama Ny. C. Th. Van Deventer.

Tuan dan Nyonya C. Th. Van Deventer yang mendirikan organisasi wanita dengan nama Kartini Fonds adalah tokoh politik etis.

Politik etis merupakan haluan politik yang berjalan dari tahun 1900 sampai 1942 atau tepatnya berjalan pada masa pemerintahan Hindia Belanda (https://mail.online-journal.unja.ac.id).

Pada tahun itu pula Yayasan Kartini mendirikan Sekolah Kartini. Dalam catatan di atas bisa kita baca bahwa pergerakan atas nama Kartini sebenarnya dijalankan dan diinisiasi oleh Belanda sendiri.

Pada tahun 1904 Dewi Sartika di Bandung sudah membuat Sekolah Istri. Sebuah sekolahan untuk mendidik perempuan agar mampu berkreasi dan beraktifitas untuk mensupport pergerakan suaminya.

Lalu kenapa bukan Dewi Sartika yang dijadikan contoh sebuah semangat pergerakan kaum perempuan?

Apakah karena Sartika tidak berkaitan sama sekali dengan Belanda? Atau jangan-jangan Deventer justru terinspirasi oleh Dewi Sartika yang mampu membuat sekolah untuk perempuan?, sehingga gerakan Dewi Sartika harus dikaburkan.

Sehingga semua tokoh pergerakan di negeri ini seolah di inisiasi oleh Belanda? Pertanyaan kritis yang membutuhkan keberanian untuk berburu jawaban.

Kenapa butuh keberanian? Karena akan menerjang kemapanan sejarah yang sudah diajarkan di seluruh sekolah di negeri ini.

Kemapanan itu juga sudah pasti tak mudah untuk dibongkar, karena keterlibatan wilayah politik nasional dan internasionalnya sangat besar.

Orang-orang Indonesianis yang bersemangat anti kolonialisme cum menolak hegemoni barat jelas  bersemangat bempertanyakan atau bahkan membongkar perspektif kesejarahan nasional.

Di era digital dan informasi yang sangat terbuka ini banyak informasi dari penelitian dan cara berpikir baru bertebaran.

Sehingga informasi tentang penelitian sangatlah mudah di akses dan membuat semua yang berpikir kritis mulai mempertanyakan kemapanan sejarah nasional yang tak jarang sangat kontroversial.

Konsolidasi semangat nasionalisme perlu dilakukan dengan membuka semua detail tokoh pergerakan nasional, dari perilaku baik dan buruknya, sebagai pelajaran untuk proses membangun kemandirian negara dan bangsa Indonesia.

China telah melakukan konsolidasi model tersebut. Sejarah panjang politik negara dari mulai era kerajaan hingga modern dibuka lebar, lalu diambil sisi positifnya untuk menghindari kesalahan yang sama oleh leluhur.

Kapan rakyat Indonesia memulai konsolidasi semangat nasionalisme?

Penulis: Nashir Ngeblues

*) seniman cum budayawan tinggal di Malang

Print Friendly, PDF & EmailCetak ini
Tags: gelar pahlawan
Advertisement Banner

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

suami anggota dprd trenggalek arogan

Saat Suami Anggota DPRD Trenggalek Bertingkah Arogan

Mbak Wali Jadi Pembicara TALKVO 2025, Tekankan Pentingnya Advokasi dalam Kebijakan Berkeadilan

Mbak Wali Jadi Pembicara TALKVO 2025, Tekankan Pentingnya Advokasi dalam Kebijakan Berkeadilan

pembunuhan nenek asal jombang

Nenek Asal Jombang Dibunuh Secara Sadis

  • Gawat, Kurang Dari Seminggu 474 Kasus Covid Baru Muncul di Kediri

    Pemkab Rembang Hapus TPP, Nilai yang Diterima ASN Bikin Ngiler

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kepemilikan tanah dengan Letter C, Petuk D, dan Girik mulai tahun 2026 tidak berlaku. Mulai urus sekarang juga !

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Djarum Grup Akuisisi Bakmi GM, Pendapatannya Bikin Melongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pamer Hummer Listrik 4,5 M, “Rahasia” Ketenaran Gus Iqdam Dibongkar Netizen

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cerita Mangut Lele yang Bikin Ngiler Megawati Setiap ke Blitar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Bacaini.id adalah media siber yang menyajikan literasi digital bagi masyarakat tentang politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan keamanan, hiburan, iptek dan religiusitas sebagai sandaran vertikal dan horizontal masyarakat nusantara madani.

© 2020 - 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Redaksi
  • Privacy Policy
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL

© 2020 - 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist