KEDIRI – Peringatan No Bra Day atau hari tanpa mengenakan BH bagi perempuan berlangsung hari ini, 13 Oktober 2020. Namun begitu tak banyak perempuan yang tahu untuk apa peringatan itu dilakukan.
Titik, perempuan berusia 26 tahun asal Desa Doko, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri mengaku tidak tahu jika hari ini berlangsung peringatan No Bra Day (NBD). Kalaupun tahu, Titik tak tahu mengapa ada peringatan tersebut. “Saya malah baru tahu ada peringatan tidak pakai bra,” katanya kepada Bacaini.id, Selasa 13 Oktober 2020.
Memakai bra adalah kebiasaan yang tak pernah ditinggalkan Titik. Baginya, hal itu bagian dari menjaga kehormatan tanpa memikirkan sisi kesehatan. Remaja ini mengaku hanya melepas bra pada saat hendak istirahat di rumah.
Berbeda dengan Titik, Dea Arista, karyawati perusahaan swasta mengaku tahu peringatan tersebut. Namun tak seekstrim aktivis kesehatan di luar negeri yang melakukan kampanye dengan melepas bra, Dea memaknai NBD sebagai kampanye kesehatan dan empati bagi penyandang kanker payudara. “Saya tetap pakai donk, tapi bukan berarti tidak memperingati no bra day,” katanya.
Menurut Dea, hingga kini masih banyak perempuan yang belum memahami bahaya kanker payudara. Padahal penyakit ini cukup banyak mengincar perempuan Indonesia dengan berbagai faktor. Salah satunya minimnya pengetahuan tentang penyakit itu.
Fakta itu dibenarkan oleh Endri Kurniawati, seorang penyintas kanker payudara yang juga berprofesi sebagai jurnalis Tempo. Hingga kini belum banyak perempuan yang menyadari bahaya kanker payudara yang jauh lebih banyak kasusnya dibandingkan kanker serviks. “Kanker payudara menyumbang angka kematian tertinggi kaum wanita,” kata Endri saat dihubungi Bacaini.
Penyandang kanker payudara di Indonesia rata-rata tidak mengetahui kondisi kesehatannya sendiri. Sehingga ketika berobat ke dokter, 70 persen diantaranya sudah terlambat ditangani.
“Informasi yang beredar memang kurang memadai, ditambah lagi dengan orang-orang cemas karena sakit yang mematikan, menjadikan ketakutan bagi mereka untuk berobat ke dokter,” jelas Endri.
Sebagai penyintas, Endri menyampaikan terima kasihi atas peringatan NBD sebagai penghormatan kepada penyandang kanker payudara. Meski penyandang yang sudah melakukan mastektomi pun tetap memakai bra yang sama.
Ada baiknya peringatan NBD ini lebih dimaknai dengan meningkatkan kewaspadaan perempuan khususnya terhadap kanker payudara. “Yang perlu diusahakan sekarang, bagaimana caranya menekan angka kesakitan dan kematian penyandang kanker payudara,” lanjut Endri.
Sampai saat ini faktor penyebab kanker payudara memang belum diketahui. Hal ini memicu berkembangnya mitos yang keliru di masyarakat, seperti anggapan memakai bra dengan kawat atau menggunakan bra seharian penuh bisa menyebabkan kanker.
“Itu tidak benar dan bukan sebagai faktor penyebab. Tetapi lebih kepada apa sih yg bisa membuat orang menjadi lebih beresiko terkena kanker payudara. Jawabannya gaya hidup yang tidak sehat,” tegas Endri. (Novira/MU)