Bacaini.id, KEDIRI – Memiliki ketertarikan pada lawan jenis adalah hal yang lazim terjadi pada orang dewasa bahkan sedari remaja.
Tingkat ketertarikan pada orang lain diketahui punya kadar yang berbeda-beda. Terkadang dalam sebuah hubungan romantis, walau memiliki rasa cinta, kita masih juga sulit menemukan chemistry.
Sebaliknya, walaupun kurang memiliki cinta yang full, ajaibnya ada chemistry yang erat. Rasa ketertarikan yang bersifat magnetis itu yang membuat saling melekat dan perasaan “klik” yang entah dari mana datangnya.
Readers, adanya chemistry dalam sebuah hubungan ternyata memiliki dasar ilmiah. Para ilmuwan menemukan banyak hal dalam chemistry yang berperan menciptakan sebuah hubungan pasangan lawan jenis jadi romantis sekaligus menakjubkan.
Chemistry dalam arti yang sebenarnya ya Readers. Unsur tubuh secara kimiawi. Apa sajakah itu? Mari kita bedah!.

Golongan Darah yang Sama
Readers, saat memilih pasangan ternyata manusia tidak ubahnya seperti vampir! Tanpa disadari, kita lebih cenderung memilih pasangan hidup dengan golongan darah yang sama.
Sebuah penelitian di Tiongkok terhadap hampir satu juta orang menemukan bahwa seseorang lebih mungkin untuk menjalin hubungan dan memulai sebuah keluarga dengan orang yang memiliki golongan darah yang sama.
Orang dengan O Negatif mempunyai kemungkinan 18 persen lebih besar berpasangan dengan golongan darah yang sama ketimbang yang diperkirakan secara statistik, sedangkan golongan darah AB berkemungkinan 15 persen lebih besar, menurut para peneliti di Tsinghua Institute of Economics.
Para ilmuwan yang memimpin penelitian mengatakan mereka belum yakin mengapa hal ini terjadi. Namun mereka membuktikan bahwa orang-orang dengan golongan darah yang sama memiliki peluang lebih tinggi untuk memiliki ciri-ciri kepribadian yang sama dan ini dapat membantu menyatukan pasangan.

Ketidaksukaan Pada Hal Yang Sama
Apakah Readers memiliki teman yang sama-sama tidak menyukai artis tertentu atau makanan tertentu? Saat bergosip dengan mereka akan terasa menyenangkan bukan?.
Chemistry ternyata bisa terbangun dari saling berbagi pendapat hal negatif.
Menurut sebuah penelitian di Journal Of Personal Relationships, membicarakan tentang hal negatif, menggosipkan seseorang misalnya, bisa menimbulkan rasa ketertarikan satu sama lain.
Bahkan berbagi pendapat negatif yang sama lebih membuat orang saling menyukai satu sama lain ketimbang membicarakan kesukaan yang sama. Namun para ilmuwan menemukan bahwa sebagian besar pasangan tidak menyadari bahwa ketidaksukaan yang sama membuat mereka semakin dekat.
Menurut psikolog penulis utama studi tersebut, Jennifer Bosson, berbagi sikap negatif itu menarik karena membuat orang yang baru bertemu merasa lebih terhubung dalam kelompok dan meningkatkan harga diri mereka.

Keringat Yang Sama
Readers, para ilmuwan di Universitas Ibrani Israel di Yerusalem menemukan bahwa jika seseorang berkeringat sebanyak calon kekasihnya dalam dua menit pertama pertemuan, kemungkinan besar akan saling tertarik satu sama lain.
Para peneliti menggunakan sensor kulit untuk mengukur pola keringat orang-orang yang ditemui saat acara kencan kilat.
Mereka menemukan bahwa pasangan yang tertarik secara romantis satu sama lain memiliki tingkat keringat yang sama – sebuah tanda bahwa mereka selaras secara biologis, menurut penelitian di jurnal Scientific Reports.
Penulis studi Shir Atzil berkata bahwa hubungan dengan pasangan bergantung pada seberapa baik kita dapat menyinkronkan tubuh kita. Studi ini menunjukkan bahwa dalam waktu dua menit setelah acara kencan, sinkronisasi fisiologis memprediksi ketertarikan romantis.

Memiliki Tinggi Yang Tepat
Readers, chemistry dalam sebuah hubungan romantis ternyata bisa dipengaruhi oleh tinggi badan dan bahkan seberapa panjang kaki kita.
Secara umum, pria pada galibnya tertarik pada wanita yang lebih pendek dan wanita menyukai pria yang lebih tinggi. Ketertarikan spesifik yang terjadi ternyata bisa lebih dari itu.
Menurut sebuah penelitian dari Universitas Wroclaw di Polandia, yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B, para peneliti menemukan bahwa ada rasio ideal, yaitu seorang pria harus 1,09 kali lebih tinggi dari pasangan wanitanya.
Jadi wanita dengan tinggi 5 kaki 6 inci kemungkinan besar akan tertarik pada pria dengan tinggi 6 kaki 1 inci — kira-kira sama tingginya dengan Victoria dan David Beckham. Dan yang penting bukanlah seberapa tinggi saat bersebelahan, tapi juga tergantung pada panjang kaki.
Menurut penelitian lain di jurnal Evolution and Human Behavior pada tahun 2008, baik pria maupun wanita lebih memilih pasangan dengan kaki lima persen lebih panjang dari rata-rata.
Para ilmuwan percaya hal ini terjadi karena ini adalah sinyal yang tidak disadari bahwa tubuh pasangannya berkembang dengan baik selama masa pubertas, sehingga mereka akan menjadi orang tua yang lebih sehat dan bugar.

Menyukai Bau Satu Sama Lain
Readers mungkin menyukai aroma pasangan, tetapi pernahkah jadi bertanya-tanya mengapa?.
Keringat tidak hanya membuat kita tertarik pada pasangan, tetapi juga baunya yang unik. Dalam sebuah penelitian, yang dikenal sebagai Sweaty T-Shirt Experiment, Eksperimen T-Shirt Berkeringat, yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings Of the Royal Society B, 49 wanita diberi T-shirt yang dikenakan oleh sekelompok pria selama dua hari.
Tak satu pun dari pria tersebut diperbolehkan memakai deodoran atau aftershaves untuk menutupi bau badan mereka yang sebenarnya. Selanjutnya para wanita diminta untuk menilai seberapa “seksi” bau kaos tersebut menurut mereka.
Ditemukan bahwa perempuan lebih cenderung menyukai aroma kemeja yang dikenakan oleh laki-laki yang memiliki gen sistem kekebalan tubuh yang berbeda.
Menurut para peneliti, dengan memilih pasangan yang memiliki rangkaian gen berbeda, ada peluang lebih besar salah satu orang tua mengkompensasi gen yang salah pada orang tua lainnya, sehingga menghasilkan bayi yang lebih sehat.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif