Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Sudah jatuh tertimpa tangga, seperti itulah yang dirasakan petani di Tulungagung. Bagaimana tidak, persoalan pupuk yang terus melilit tidak sebanding dengan harga padi yang tak kunjung naik.
Kebutuhan pupuk subsidi di Tulungagung yang selama ini masih kurang sudah menjadi salah satu penyebab hasil panen para petani mengami penurunan. Belum cukup sampai di situ, pemerintah juga akan mencabut tiga jenis pupuk subsidi.
“Awal tahun kemarin, banyak petani yang masih kekurangan pupuk subsidi. Bahkan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kekurangan pupuk subsidi tahun ini malah lebih banyak,” ujar salah satu petani di Desa Sobontoro, Kecamatan Boyolangu, Didik Nugroho kepada Bacaini.id, Selasa, 21 Juni 2022.
Menurut Didik, minimnya pupuk subsidi tentu berdampak terhadap hasil panen para petani. Jika semula satu petak sawah bisa menghasilkan padi sebanyak satu ton, namun saat ini hanya bisa menghasilkan padi sebanyak 800 kilogram saja.
“Kalau pupuk yang didapat oleh petani berkurang, otomatis hasil panen juga berkurang. Bukan cuma saya, hampir seluruh petani di sini juga mengeluh. Saat ini petani semakin sulit, pupuk juga semakin sulit, sedangkan harga jual padi tetap tidak ada peningkatan,” keluhnya.
Didik mengungkapkan, petani di Tulungagung rata-rata memiliki lahan garapan yang luas, sehingga membutuhkan pupuk dengan jumlah banyak. Sehingga disaat pupuk subsidi yang didapat tidak mampu mencukupi kebutuhan lahan garapan, para petani mau tidak mau harus membeli pupuk non subsidi.
“Masalahnya harga pupuk non subsidi itu tiga kali lipat lebih mahal dari pada pupuk subsidi. Musim tanam kemarin saya beli harganya Rp10 juta, padahal sebelumnya sudah sampai Rp6 juta itu juga sudah mahal sekali,” ungkapnya.
Sementara itu, Kabid Penyuluhan Pertanian, Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Tulungagung, Tri Widyono Agus Basuki mengatakan ada lima jenis pupuk subsidi yang disalurkan oleh pemerintah pusat, yakni ZA, SP36, Organik, Urea dan NPK. Namun pada bulan depan, Kementerian Pertanian akan mencabut subsidi tiga jenis pupuk yakni ZA, SP36 dan Organik.
“Jadi bulan depan, pupuk subsidi hanya tersedia dua jenis saja, pupuk Urea dan NPK,” kata Tri Widyono.
Padahal, lanjutnya, selama ini kelima jenis pupuk subsidi yang disalurkan kepada petani selalu habis. Hal ini menunjukan bahwa petani di Tulungagung benar-benar sangat membutuhkannya.
Oleh karena itu, jika tiga jenis pupuk subsidi akan dicabut, pihaknya akan mengajukan alokasi pupuk tambahan untuk petani di Tulungagung. Tujuanya, agar para petani masih mendapatkan pupuk subsidi pada semester dua tahun ini.
“Saat ini kami sudah mengajukan alokasi tambahan pupuk subsidi sebanyak 18 ribu ton, terdiri dari 6.094 ton Urea sisanya pupuk jenis NPK,” sebut Oky, sapaan Tri Widyono.
Oky mengungkapkan bahwa saat ini pengajuan alokasi tambahan pupuk subsidi tersebut sudah diterima oleh Pemprov Jatim. Hanya saja Pemprov juga masih menunggu realokasi dari pusat, sehingga pihaknya tidak bisa memastikan kapan dan berapa persen realokasi pupuk subsidi di Tulungagung bisa diturunkan.
“Tinggal tunggu saja SK pupuk terbaru. Semoga realokasinya bisa lebih banyak, mengingat tiga jenis pupuk subsidi sudah jelas dihapus,” ungkapnya.
Selain tiga jenis pupuk dihapus, sambungnya, alokasi pupuk di Tulungagung juga berkurang. Di dalam E-RDKK, kebutuhan pupuk Urea sebanyak 33.534 ton, sedangkan alokasinya hanya 25.000 ton. Sedangkan E-RDKK NPK sebanyak 38.900 ton, alokasinya hanya 13.000 ton.
“Jadi memang alokasi pupuk subsidi jauh berkurang, belum lagi dihadapkan dengan dihapusnya tiga jenis pupuk subsidi,” pungkasnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira