Bacaini.id, KEDIRI – Aksi perang sarung belakangan marak terjadi di sejumlah daerah, termasuk Kediri. Sebuah video viral di media sosial yang merekam aksi perang sarung kelompok remaja secara brutal.
Perang sarung yang terjadi di bulan ramadan itu diketahui melibatkan dua kelompok pemuda dari Desa Sekoto, Kecamatan Badas melawan pemuda Desa Gadungan, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri. Bukan sekedar hiburan, perang sarung yang mereka lakukan merupakan bagian dari aksi tawuran.
Karenanya ujung sarung yang dipergunakan untuk memukul lawan diisi dengan berbagai benda mematikan seperti batu. Jika mengenai anggota tubuh lawan, dipastikan akan menimbulkan cedera.
baca ini Tarung Sarung Tradisi Warga Bugis Menjaga Kehormatan
Kapolres Kediri AKBP Agung Setyo Nugroho membenarkan jika perang sarung tersebut merupakan aksi tawuran antar kelompok remaja. Saat insiden terjadi, petugas kepolisian langsung melakukan penyisiran di lokasi. Hasilnya, petugas mengamankan sejumlah remaja yang terlibat perang sarung tersebut.
“Kejadiannya Hari Rabu (27 April 2022) dini hari setelah sahur. Para remaja itu berada di satu lokasi dan terjadi cek cok, selanjutnya terjadilah perang sarung tersebut,” kata Agung Setyo kepada Bacaini.id, Kamis, 28 April 2022.
Untuk menyelesaikannya, polisi menghubungi kepala desa masing-masing. Selanjutnya mereka dipertemukan untuk meluruskan masalah, dan melakukan kesepakatan damai. Tidak ada yang ditahan atau menjalan proses hukum dalam insiden itu.
“Karena keseluruhan pelaku adalah remaja di bawah umur, maka kami wajibkan lapor setiap tiga kali seminggu. Kami juga mengimbau kepada kepala desa untuk memberikan pengarahan kepada mereka agar tidak terjadi perang sarung susulan,” kata Kapolres.
Peristiwa tersebut bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya masih di bulan ramadan, sekelompok remaja terlibat perang sarung di jembatan lama dekat Jembatan Brawijaya Kota Kediri. Aksi itu viral di media sosial setelah sebuah akun Facebook menyiarkan rekaman tawuran tersebut. Hingga kini tak ada satupun pihak yang mengaku bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
Penelusuran Bacaini.id mendapati jika perang sarung juga terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Tradisi leluhur Bugis itu telah bergeser menjadi sarana tawuran secara bar bar. Ujung sarung mereka lilitkan dengan benda-benda mematikan seperti batu, pisau, gergaji, dan parang agar bisa melukai lawan.
Di tangan mereka, perang sarung yang merupakan ritual terhormat warga Bugis telah kehilangan nilai. Alih-alih menjaga kehormatan keluarga, pertarungan yang mereka lakukan justru dipicu hal-hal sepele seperti saling ejek, geber motor, atau sekedar urusan perempuan. Itupun dilakukan secara keroyokan dan jauh dari kehormatan petarung Bugis yang berduel satu lawan satu.
Fakta lain mengungkap jika tradisi perang sarung yang dilakukan para remaja itu tidak berhubungan langsung dengan tradisi tarung sarung warga Bugis. “Sejak kecil saya sudah sering main pukul-pukulan pakai sarung,” kata Budi Sutrisno, warga Kelurahan Bence, Kota Kediri yang saat ini sudah berusia 51 tahun.
Di kampung asalnya Kabupaten Nganjuk, perang sarung sudah menjadi kebiasaan anak-anak usai pulang tarawih. Mereka memelintir kain sarung hingga menyerupai tongkat agar bisa dipukul-pukulan kepada lawan.
Caranya, ujung sarung diikat (dibundeli) sebagai ujung pemukul. Jika mengenai anggota tubuh lawan akan terasa sedikit sakit meski tidak mematikan. Kegiatan ini marak dilakukan saat ramadan karena intensitas anak-anak memakai sarung cukup tinggi.
Penulis: AK. Jatmiko, Novira, HTW
Tonton video:
Comments 1