Bacaini.id, TRENGGALEK – Lonjakan harga minyak goreng mengantam usaha jajanan keripik tempe di Trenggalek. Mereka terpaksa menurunkan kapasitas produksi karena tingginya biaya operasional dan bahan baku.
Jika masyarakat umum merasakan mahalnya harganya minyak goreng, para pengusaha jajanan keripik tempe sagu di Trenggalek, justru dihantam lonjakan tiga komoditas sekaligus. Selain minyak goreng, harga kedelai dan tepung tapioka juga mengalami lonjakan harga.
Kondisi ini dirasakan Suprapti Ningsih, pengusaha keripik tempe di Desa Kedungsigit, Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek ini mengaku lonjakan harga bahan baku membuat pendapatannya anjlok hingga 50 persen.
“Karena harga bahan baku naik kita terpaksa mengurangi jumlah produksi,” kata Suprapti kepada Bacaini.id, Rabu, 23 Maret 2022.
Selain mengurangi hasil produksi, sejumlah pengusaha juga terpaksa mengurangi jumlah karyawan. Karena untuk menaikkan harga jual pun mereka takut hasil produksinya tidak laku, terlebih lagi dengan semakin dekatnya bulan Ramadhan.
Menurutnya, setiap menjelang bulan puasa, jumlah permintaan biasa mengalami peningkatan hingga empat kali lipat. Jika hari biasa permintaan pesanan sebanyak 25 bal keripik tempe, saat menjelang bulan Ramadhan permintaan pesanan bisa mencapai 100 bal.
“Tidak ada solusi lain selain mengurangi netto penjualan disetiap kemasan. Jangankan bulan puasa, sejak harga bahan baku naik kita hanya mampu memproduksi maksimal 50 bal,” keluhnya.
Disebutkannya, harga minyak goreng kelas medium yang biasa dipakainya dalam proses produksi yang sebelumnya bisa didapat dengan harga Rp 13 ribu, kini naik menjadi Rp 21 ribu perliter. Selain itu, harga kedelai yang sebelumnya 9,5 ribu rupiah naik menjadi 12 ribu rupiah perkilogram.
“Tepung tapioka juga naik dari 7.600 rupiah menjadi 9.500 rupiah perkilogram. Semua harganya jadi mahal sekali, jadi susah seperti ini,” ratapnya.
Penulis: Aby
Editor: Novira