Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Pandemi Covid 19 menjadi penyebab angka putus sekolah di Tulungagung meningkat dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Tercatat pelajar putus sekolah pada tahun ajaran 2020/2021 mencapai 351 siswa SD/MI dan SMP/MTS.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dispendikpora) Tulungagung melalui Sekretaris Dispendikpora Tulungagung, Syaifudin Juhri mengungkapkan, berdasarkan data tahun ajaran 2020/2021 setidaknya ada 244 pelajar SD/MI dan 107 pelajar SMP/MTS di Tulungagung putus sekolah. Dari jumlah tersebut pelajar yang putus sekolah didominasi siswa perempuan.
“Persentasenya siswa SD/MI yang putus sekolah mencapai 0,34 persen dan untuk siswa SMP/MTS mencapai 1,61 persen,” kata Udin kepada Bacaini.id, Jumat, 28 Januari 2022.
Menurutnya, jumlah tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan dua tahun lalu sebelum adanya pandemi Covid 19. Pasalnya, sejak masa pandemi pelaksanaan pembelajaran daring yang tidak mendapatkan pendampingan orang tua membuat anak malas sekolah sehingga menyebabkan putus sekolah.
Selain itu, selama masa pandemi banyak orang tua yang terpaksa kehilangan pekerjaan, dan menjadi orang miskin baru. Sehingga tidak mampu membiayai anaknya untuk melanjutkan sekolah.
“Tidak hanya itu, banyak orang tua yang masih memiliki pola pikir pendidikan tidak terlalu penting bagi anaknya. Utamanya untuk anak perempuan,” imbuhnya.
Udin menjelaskan, yang tidak kalah penting menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi siswa putus sekolah adalah sulitnya medan yang harus ditempuh anak-anak untuk pergi ke sekolah. Faktor ini seringkali ditemukan pada siswa yang tinggal di daerah pegunungan.
“Siswa yang mengalami kesulitan akses menuju sekolah rata-rata berada di wilayah pegunungan. Seperti Kecamatan Sedang, Pagerwojo, Tanggunggunung dan Pucanglaban,” sebutnya.
Meningkatnya angka putus sekolah di Tulungagung membuat Dispendikpora Tulungagung harus berpikir keras. Oleh karena itu, pihaknya akan berupaya mempercepat pemulihan pendidikan dengan berbagai program.
Seperti Program Indonesia Pintar (PIP), pemberian beasiswa, bantuan sekolah gratis bagi siswa yang tidak mampu dan pembentukan Satgas Penanganan Putus Sekolah yang melibatkan pihak lintas sektoral.
“Kami berencana membuat satgas, tetapi masih terkendala anggaran yang direfokusing untuk penanganan Covid 19. Jika ada satgas maka siswa yang tidak bersekolah akan dicukupi kebutuhanya agar mereka bisa kembali sekolah,” pungkasnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira
Tonton video: