Bacaini.id, BANGKALAN – Menjadi penjaga makam bukanlah sebuah pekerjaan bagi Mohamad Hasyim. Kakek 80 tahun ini ikhlas mengabdikan diri merawat makam Sultan Raden Abdul Kadirun, tokoh Islam yang berjasa memajukan wilayah ujung Barat Madura.
Nama Sultan Raden Abdul Kadirun memang tak banyak disebut dalam literasi sejarah nusantara. Namun ketokohannya di kalangan masyarakat Madura, khususnya Bangkalan tak perlu diragukan. Dia dijuluki Sultan Bangkalan II.
Ketokohan itu pula yang menjadi alasan Hasyim menghabiskan sisa umurnya menjadi penjaga makam Sultan Raden Abdul Kadirun yang terletak di sebelah barat Masjid Agung Bangkalan. “Kisah Kerajaan Madura Barat berakhir di daerah Kraton Bangkalan pada 22 Agustus 1885 setelah dibubarkan Belanda,” kata Hasyim kepada Bacaini.id, Kamis, 26 Agustus 2021.
Sebagai penjaga makam yang telah bekerja selama 30 tahun, banyak hal yang diketahui Hasyim dari kisah perjalanan Abdul Kadirun. Semasa hidupnya, Abdul Kadirun dikenal piawai menjalankan pemerintahan dengan prinsip Islami. Ini membuat Islam berkembang dan menjadi warna dominan masyarakat Bangkalan pada medio 1815 – 1847.
Kebesaran Sultan Raden Abdul Kadirun inilah yang dikagumi Hasyim sejak pertama kali menginjakkan kaki di makam itu. Sebelum memutuskan menjadi penjaga makam, Hasyim adalah seorang musafir. Dia memulai perjalanan di usia 50 tahun untuk meningkatkan kualitas ibadahnya.
Sejak tahun 1990 Hasyim terus berpindah-pindah tempat. Hingga suatu ketika dirinya menepi di area pesarean Sultan Abdul Kadirun. “Karena sudah malam, saya bermalam di tempat ini,” katanya.
Di tengah tidurnya, Hasyim bermimpi didatangi rombongan kerajaan. Dia merasa ditarik oleh seorang raja dan diminta menetap untuk menjaga makam. Raja itu memberikan seserahan kepada Hasyim. “Saya merasa mimpi itu meminta saya untuk menetap disini dan menjaga makam,” ungkap Hasyim.
Selama berhari-hari Hasyim memikirkan mimpi itu. Hingga suatu saat dirinya memutuskan untuk menetap dan menjadi juru kunci pasarean Kerajaan Madura Barat.
Awalnya aktivitas merawat makam dilakukan dengan membersihkan area makam menggunakan peralatan seadanya. Seiring berjalannya waktu pemerintah setempat memberikan peralatan kebersihan.
Kini di usianya yang menginjak 80 tahun, Hasyim bersyukur bisa mengabdikan diri menjaga makam Sultan Abdul Kadirun. Apalagi kebutuhan sehari-harinya seperti makan dan pakaian selalu ada yang mencukupi. Selain pemberian pengunjung, pengurus Takmir Masjid Agung juga kerap membantunya.
Pemberian itu mirip dengan seserahan yang diberikan raja dalam mimpinya. Sejak itu Hasyim meyakini jika kebutuhan hidupnya akan tercukupi selama setia menjaga makam.
Pengalaman Mistis
Sebagai penjaga makam yang telah merawat puluhan tahun, berbagai pengalaman telah dialami Hasyim. Termasuk pengalaman mistis yang membuatnya terkejut.
Salah satunya saat menjaga makam di setiap malam Jum’at Kliwon. Suatu malam dia melihat suasana makam begitu ramai dan penuh peziarah. Namun saat ditanyakan kepada orang-orang keesokan harinya, tak satupun dari mereka yang melihat.
Meski kerap menjumpai peristiwa mistis, tak menyurutkan keputusan Hasyim untuk tetap menjaga makam Sultan Raden Abdul Kadirun. Bahkan berkat ketekunannya merawat makam, lokasi tersebut menjadi salah satu tempat wisata religi yang banyak dikunjungi.
Penulis: Rusdi
Editor: HTW
Tonton video: