Bacaini.ID, JOMBANG – Puluhan warga keturunan Tionghoa berziarah ke makam Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di komplek Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur.
Warga keturunan Tionghoa ini diketahui berasal dari perkumpulan Boen Hian Tong Semarang Jawa Tengah. Ziarah ke makam Gus Dur sebagai rangkaian tradisi Ceng Beng.
“Ceng Beng ini tradisi ziarah, ziarah ke tokoh yang dianggap berjasa,” ujar Asrida Ulinuha, Humas Perkumpulan Boen Hian Tong di sela acara Sabtu (31/5/2025).
Dari pantauan di lapangan, pelaksanaan upacara Ceng Beng dimulai dengan mengarak Sincie, papan arwah yang dipersonifikasi sebagai KH Abdurahman wahid.
Sejumlah orang membentangkan spanduk bertuliskan Ceng Beng Gus Dur. Sementara puluhan orang berjajar di belakangnya dengan membawa sapu lidi.
Sambil berjalan mereka membersihkan kotoran dan sampah di jalan yang hendak dilalui arak-arakan Sincie.
Selanjutnya Sincie diarak mengelilingi relief Gus Dur dan prasasti asmaul husna yang berada di parkiran kawasan wisata makam Gus Dur.
Sambil berjalan mereka menyanyikan lagu yalal wathon dengan diiringi tabuhan yang biasa dimainkan di acara atraksi barongsai dan wayang potehi.
Setelah itu mereka menuju makam Gus Dur untuk berdoa bersama-sama. Mereka berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Terlihat Gus Riza Yusuf, pengasuh Ponpes Tebuireng Jombang menyambut mereka.
“Gus Dur sudah dianggap Bapak Tionghoa Indonesia, sehingga sudah sewajarnya kita melakukan ziarah,” jelas Asrida Ulinuha.
Bagi warga keturunan Tionghoa, tradisi Ceng Beng bukan hanya kunjungan ziarah. Tapi juga bentuk penghormatan terhadap perjuangan dan nilai kebangsaan yang dilakukan Gus Dur.
Berkat Gus Dur, warga keturunan Tionghoa di Indonesia bisa mendapatkan kebebasan beribadah dan menjaga kelestarian tradisinya.
Usai ziarah rombongan berencana menonton penampilan wayang Potehi di Klenteng Gudo, termasuk mengenang makanan kesukaan Gus Dur, yakni nasi kikil merah.
“Dalam rangkaian tradisi ini kita juga akan mengenang dan menikmati makanan kesukaan Gus Dur,” pungkasnya.
Penulis: Syailendra
Editor: Solichan Arif