KEDIRI – Seorang warga Desa Sumbercangkring, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri berhasil membuat karya kerajinan bambu bernilai jual tinggi. Dalam sebulan omset yang didapat mencapai belasan juta rupiah.
Pemilik sekaligus pengrajin bambu, Mujiana mengatakan, pembuatan bambu ini mulanya dilakukan lantaran banyaknya bahan baku di daerah tempat ia tinggal. Dengan keterampilan yang dimilikinya bambu disulap menjadi mebel dan kerajinan interior yang terbuat dari anyaman.
“Produk kerajinan ini saya mulai buat sejak lima tahun yang lalu. Saya mencoba menerapkan apa yang saya dapatkan ketika pelatihan dan berhasil membuat Logender Art ini,” jelasnya kepada bacaini.id, Kamis, 21 Januari 2020.
Dia juga mengatakan, pembuatan produk bambu ini dilatarbelakangi keresahanya melihat bambu hanya sebatas digunakan sebagai pagar, penahan tanaman atau lanjaran oleh warga desa. Padahal seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih baik.
Sampai akhirnya ia belajar membuat kerajinan interior yang terbuat dari bahan baku bambu dalam banyak varian dan menerapkan ilmunya hingga seperti sekarang. “Akhirnya karena itu saya membuat meja, kursi, tempat tidur, rak sudut hingga aneka perabot dapur dari anyaman bambu,” katanya.
Mujiana mengatakan, selama pandemi omset usahanya menurun drastis. Turunya tak tanggung-tanggung hingga 60 persen. Namun meski demikian omset setiap bulannya masih bisa mencapai Rp 15 sampai Rp 20 juta.
“Satu bulan bisa bikin meja, kursi, gazebo masing-masing 4 set, harganya kalau meja kursi Rp2,5 juta, gasebo Rp 4 juta. Dari bambu itu lebih awet dan kuat, jadi harganya memang sesuai,” ucap Mujiana.
Selama ini untuk bahan baku dikatakannya sama sekali tidak mengalami kendala. Hanya saja untuk pemesanan gasebo terkadang dia harus memesan bambu dari daerah lain. Karena bambu yang digunakan biasanya lebih besar, sedangkan bambu petung di lingkungannya tidak tumbuh sebesar yang biasanya digunakan. “Untuk bambu petung ukuran besar biasanya pesan dari daerah Malang, Kasembon dan Trenggalek,” tambahnya.
Mujiana melanjutkan, Logender Art biasanya melayani pesanan lokalan, tetapi untuk luar daerah pernah melakukan pengiriman ke Kalimantan, Bali dan juga NTT.
Adapun kendala terbesar saat ini adalah tenaga pekerja, karena selama masa pandemi ini Mujiana hanya mampu membayar paling tidak 2 sampai 3 pekerja. Karena orderan sepi, sehingga pekerja yang ada terpaksa berhenti untuk mendapat pekerjaan lain.
Usaha Logender Art ini masih terus berjalan dengan beberapa pesanan yang masih ada. Bersama salah satu temannya, produksi Logender Art masih berjalan sesuai orderan walaupun terbatas.
“Sebenarnya keinginan saya bukan untuk menerima pekerja, lebih dari itu saya ingin mengembangkan keterampilan dasar warga agar bisa belajar dan buka usaha sendiri, biar pemuda yang pengangguran, dan petani di sini bisa memiliki penghasilan lebih dengan memanfaatkan bambu yang melimpah di lingkungannya sendiri,” tutup Mujiana.
Penulis : Novira Kharisma
Editor : Karebet