Bacaini.ID – Wakil Bupati Blitar Beky Herdihansah bisa jadi satu-satunya wabup Blitar dengan latar belakang dan gaya komunikasi yang berbeda dari pendahulunya.
Setidaknya tidak sama dengan Arif Fuadi, Marheinis Urip Widodo, apalagi Rahmat Santoso, di mana semuanya itu berlatar belakang politisi.
Mantan wabup Blitar Arif Fuadi (2006-2011) adalah politisi tulen. Sebelum menjabat wabup, Arif diketahui mantan anggota legislatif, dan juga sekaligus pimpinan parpol.
Pun dengan Marheinis Urip Widodo. Saat menjabat wabup Blitar (2016-2021), Henis, begitu biasa disapa merupakan Ketua DPC PDIP Kabupaten Blitar.
Begitu juga Rahmat Santoso. Bahkan mantan wabup Blitar Rahmat seorang praktisi hukum berskala nasional yang juga petinggi salah satu ormas.
Sementara wabup Beky Herdihansah bukan politisi, bukan praktisi hukum ataupun aktivis yang berkecimpung aktif di ormas tertentu.
Ia seorang pengusaha tulen dengan pundi-pundi kekayaan yang besarnya bikin takjub mereka yang mendengar: sesuai catatan LHKPN KPK 2024 Rp 85 miliar.
Kelebihan ekonomi itu yang membuatnya jauh hari kesohor sebagai crazy rich yang dermawan: rutin berbagi sembako kepada warga di 3 kecamatan.
Ia juga santri kinasih sekaligus sahabat Agus Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam, penceramah muda yang belakangan dihujat netizen lantaran gemar flexing (pamer kekayaan).
Karenanya, memprediksi wabup Beky bakal berada dalam situasi politik seperti ketiga pendahulunya: pecah kongsi dengan bupati Rijanto, nyaris sulit terjadi.
Pertama, selama Pilkada 2024 tidak ada indikator yang menunjukkan Haji Beky memendam ambisi politik atau keinginan yang mengarah kepada kekuasaan lebih besar.
Beky Herdihansah juga bukan seorang ketua atau pimpinan parpol. Yang kedua, semua tahu dengan alasan utamanya terjun ke politik.
Haji Beky menegaskan hanya berniat ibadah. Ingin mewakafkan waktu, pikiran dan tenaga untuk kemajuan Kabupaten Blitar. Dan itu disampaikannya lebih dari sekali.
“Saya ingin mengabdikan diri untuk masyarakat Kabupaten Blitar,” demikian kurang lebih yang disampaikan saat masa kampanye Pilkada 2024.
Ketiga, Haji Beky juga tidak terlihat memendam motivasi ekonomi tertentu. Yang terekam, ia berjanji akan membuka lapangan pekerjaan seluasnya di Kabupaten Blitar.
Bahkan selama menjabat wakil bupati Blitar, akan dihibahkan seluruh gajinya untuk yatim piatu di Kabupaten Blitar. “Alhamdulilah secara ekonomi saya sudah cukup,” katanya.
Melihat indikator-indikator itu, tampaknya ancaman pecah kongsi antara Rijanto-Beky akan sulit terjadi. Apalagi antara keduanya memiliki kedekatan emosional yang erat.
Meski demikian, tradisi pecah kongsi dalam pemerintahan Kabupaten Blitar tampaknya menjadi perhatian dan dicoba diantisipasi sejak dini.
Pasca pelantikan, Wabup Beky menyatakan kesolidannya dengan Bupati Rijanto. Ia menegaskan akan bersama hingga akhir jabatan.
Pernyataanya mengamini keterangan Bupati Rijanto yang sebelumnya mengatakan dirinya dan Wabup Beky adalah satu tim yang berbagi peran dan akan terus bersama membangun Blitar lebih baik.
‘’Saya sepakat dengan pak bupati untuk terus bersama, dan saya sebagai orang yang baru di dunia pemerintahan tentu harus cepat beradaptasi dengan birokrasi mendampingi pak bupati dalam menjalankan tugas,” kata Wabup Beky.
Di atas kertas memang nyaris mustahil akan menjumpai perseteruan politik antara Rijanto dan Beky seperti halnya Arif Fuadi dengan Bupati Herry Noegroho.
Atau Rahmat Santoso yang di tengah jalan tiba-tiba berseberangan tajam dengan Bupati Rini Syarifah yang sebelumnya kawan seiring perjuangan.
Tapi jangan lupa, politik memiliki dalil yang hingga kini belum terpatahkan: Dalam politik tidak ada kawan dan lawan yang abadi.
Penulis: Solichan Arif