Bacaini.id, NGANJUK – Upacara Melasti dan larung sesaji menjadi prosesi awal bagi umat Hindu dalam menyambut Hari Raya Nyepi tahun saka 1945. Seperti yang dilakukan umat Hindu di Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk.
Upacara Melasti diawali dengan prosesi mecaru di di Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis sebagai bentuk persembahan kepada alam semesta. Pada prosesi ini, umat Hindu akan mengambil air dari Air Terjun Roro Kuning.
Prosesi mecaru ini juga untuk mengingatkan umat kepada alam untuk mempercantik lingkungan. Menurut umat Hindu di lereng Gunung Wilis ini, sumber kesejahtraan adalah lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang.
“Mecaru ini persembahan kepada untuk Gunung Wilis, karena air yang mengalir dari gunung kita memberikan penghargaan, penghormatan dan puja bhakti kepada gunung wilis,” kata Pemangku Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis, Damri kepada Bacaini.id usai kegiatan yang dilakukan pada Minggu, 19 Maret 2023.
Air suci yang diambil dari Air Terjun Roro Kuning kemudian dibawa ke Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis. Kedatangan air suci ini disambut tarian yang dibawakan oleh remaja putri dan perempuan dewasa.
“Mandak Tirta atau mengambil air suci dari Air Terjun Roro Kuning merupakan sarana pembersihan,” ujar Damri.
Selanjutnya umat Hindu melakukan serangkaian ritual di dalam pura. Lalu mereka mempersiapkan pusaka dan hasil bumi yang kemudian dibawa keluar dari pura menuju sungai desa setempat.
Meskipun harus menempuh jarak cukup jauh sekitar satu kilometer dengan melewati tanjakan dan turunan di hutan, namun seluruh umat Hindu, mulai anak-anak hingga lansia nampak bersemangat mengikuti prosesi ini.
Sesampainya di sungai, tokoh umat Hindu melakukan ritual sekaligus mensucikan satu persatu pusaka. Tak hanya umat Hindu, masyarakat sekitar Desa Bajulan tampak antusias menunggu prosesi selanjutnya, yakni larung sesaji.
Larung sesaji memang menjadi prosesi yang paling ditunggu-tunggu, di mana hasil bumi dan hewan yang sebelumnya diarak, dilepaskan ke sungai. Saat itulah masyarakat beramai-ramai turun ke sungai memperebutkan sesaji tersebut.
“Larung sesaji ditujukan kepada air. Air yang terus mengalir menjadi sumber kehidupan untuk makhluk hidup, baik manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, maka kita wajib memberikan penghargaan,” jelasnya.
Lebih lanjut, melalui Upacara Melasti ini, Damri berharap kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dalam menjaga alam semesta. Sehingga, alam tetap seimbang agar tidak berakhir menjadi bencana bagi manusia itu sendiri.
“Supaya manusia selalu ingat merawat alamnya, karena keseimbangan sumber daya alam dan sumber daya manusia ini komponen yang tidak bisa dipisahkan untuk mencapai kesejahteraan lahir dan batin,” pesan Damri.
Tidak hanya umat Hindu, rentetan prosesi menjelang Hari Raya Nyepi yang jatuh tepat pada 22 Maret 2023 juga disambut antusias masyarakat, khususnya prosesi larung sesaji. Keseruan larung sesaji diungkapkan Alvino, salah satu warga.
Pemuda berusia 18 tahun ini mengaku tidak pernah melewatkan prosesi larung sesaji setiap tahunnya. Meskipun harus basah kuyup saat ikut berebut hasil bumi, hewan dan buah-buahan yang dilepas ke sungai, momen setahun sekali ini menurutnya selalu saja mengasyikkan.
“Sulit karena harus berebut, tapi seru,” kata Alvino sambil menunjukkan durian, jagung, kelapa dan telur yang berhasil didapatnya.
Penulis: Asep Bahar
Editor: Novira
Tonton video: