Bacaini.ID, KEDIRI – Setelah tren YOLO (You Only Live Once) yang diawali oleh generasi milenial, kini muncul tren YONO (You Only Need One) yang merambah gen Z.
You Only Live Once, mengacu pada kebiasaan generasi muda yang cenderung bebas bersenang-senang dengan finansialnya.
Mereka menganggap hidup hanya sekali dan harus bahagia dengan meraih apapun yang diinginkan tanpa sibuk mempertimbangkan jumlah uang yang dimiliki.
Nilai ini rupanya sekarang telah bergeser dengan berkembangnya tren YONO, You Only Need Once, membelanjakan uang hanya untuk yang penting saja.
Pergeseran nilai ini dipengaruhi banyak faktor. Dikutip dari Tribune CNU Media, tren YONO tidak hanya dipengaruhi faktor ekonomi, inflasi terjadi di berbagai negara, tetapi juga mencerminkan meningkatnya komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan tanggung jawab sosial.
Beberapa tren YONO yang mulai banyak diterapkan oleh gen Z di antaranya:
Hidup Hemat adalah Keren
Penganut YONO berlomba untuk berhemat dan menganggap keberhasilan berhemat mereka adalah sesuatu yang keren.
Tidak ada lagi flexing, fomo, atau membeli barang branded. Yang ada bahkan berlomba menabung dan pamer saldo dari hasil hidup hemat mereka.
Selera yang Bergeser
Bukan hanya sekedar aksi boikot produk-produk tertentu yang membuat kaum muda mencari alternatif tempat hang out, dari yang mahal ke tempat-tempat standar.
Kesadaran untuk membeli produk yang sesuai dengan harga telah mulai dijalani. Efek positifnya selain membuat rekening aman, bisnis-bisnis lokal berkembang.
Fokus Kebutuhan Pokok
Konsumen muda fokus belanja kebutuhan pokok daripada barang-barang tersier.
Berlomba menemukan harga paling murah dari semua kebutuhan demi menghemat pengeluaran.
Bahkan tren belanja thrif, barang fashion branded bekas, menjadi pilihan utama daripada harus membeli baru.
Dukungan pada Merk yang Memiliki “Nilai”
Tak hanya sekedar berhemat. Tren YONO juga menyentuh keyakinan pada pandangan etika dan moral.
Kaum muda akan mendukung brand, personal atau apapun itu yang dianggap punya nilai positif dalam masyarakat.
Ini merupakan salah satu cara kaum muda menggunakan daya beli untuk mengekspresikan nilai-nilai yang mereka yakini, dan mengapresiasi komitmen tanggung jawab sosial yang dilakukan pihak lain.
YONO berfokus pada pengurangan konsumsi yang tidak perlu, memanfaatkan sumber daya secara efisien, dan membuat pilihan yang berdampak positif terhadap lingkungan.
Gaya ini muncul ketika generasi muda saat ini tumbuh di era pertumbuhan ekonomi yang rendah dan meningkatnya kepedulian terhadap lingkungan, menghadapi tantangan seperti stagnasi upah, kenaikan biaya hidup, dan meningkatnya kesadaran akan iklim.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif