Bacaini.id, SURABAYA – Hari itu, terlihat seorang perempuan berada di ruangan khusus di SLB Kerabat Mulia, Kabupaten Kediri. Dengan telaten, perempuan berhijab itu mendampingi para penyandang disabilitas yang tengah fokus membuat kerajinan tangan.
Penuh kesabaran, perempuan bernama Titik Winarti itu mengajarkan keterampilan menjahit kepada murid dan alumni SLB Kerabat Mulia. Kepiawaian itu tidak lepas dari pengalamannya selama puluhan tahun berkutat dengan penyandang disabilitas.
Titik adalah seorang perempuan asal Surabaya sekaligus pengusaha tekstil dengan brand Tiara Handicarft yang juga didirikan di Kota Pahlawan. Awalnya, dia hanya ingin membuat kerajinan tangan, dengan bahan sesederhana kain perca menjadi barang istimewa dan bermanfaat.
Dengan kreatifitasnya, lambat laun hasil karya Titik semakin banyak dikenal orang. Permintaan pun semakin meningkat hingga dia memberanikan diri membuka usaha kecil. Jatuh bangun Titik berusaha mempertahankan usaha kecil yang dirintisnya sejak tahun 1995 sampai akhirnya Tiara Handicarft menjadi brand asesoris ternama dan bahkan merambah pasar manca negara.
Usaha kerajinan tangan ini menawarkan tas dari kain perca, berbagai cendera mata dan peralatan rumah tangga berbahan baku kain. Menariknya, barang-barang ekspor itu dibuat oleh karyawan yang merupakan penyandang disabilitas.
“Kira-kira sudah 27 tahun saya menangani teman-teman difabel. Awalnya saya merasa prihatin dengan terbatasnya kesempatan bekerja bagi mereka,” kata Titik kepada Bacaini.id saat berada di SLB Kerabat Mulia beberapa hari lalu.
Berangkat dari keprihatinan itulah, pengusaha di bidang tekstil ini mengubah tempat usahanya menjadi Yayasan Bina Karya Tiara dan tetap memproduksi brand Tiara Handicarft. Kepedulian Titik juga diwujudkan dengan mengajarkan keterampilan kepada penyandang disabilitas, mulai dari disabilitas umum hingga yang ada di lembaga maupun panti.
Seperti yang dilakukannya di SLB Kerabat Mulia. Hingga sekarang, Titik secara rutin datang untuk mengajari sebanyak 72 murid SMP dan SMA keterampilan menjahit sebagai dasar pembuatan kerajinan berupa tas dan dompet. Dia juga terlihat telaten dan sabar mendampingi siswa siswi SD yang diajarinya melukis dan mewarnai gambar.
“Untuk anak SD mungkin memang lebih sulit, jadi diajarkan menggambar dan mewarnai dulu. Nantinya juga akan digunakan sebagai hiasan tas dan dompet hasil karya kakak kelas dan juga alumni SLB Kerabat Mulia,” terangnya.
Melalui program Sea Craft di SLB Kerabat Mulia yang melibatkan anak murid, guru, wali murid hingga alumni, Titik tidak hanya memberi bekal keterampilan melainkan juga memberdayakan mereka agar mampu bersaing dalam dunia usaha bahkan membantu memasarkan produknya.
“Semakin kesini, kami juga ingin memberikan reward agar orang tua segera melepas beban, melepas putra putri disabilitas dan menempatkan mereka secara layak sebagai anak-anak yang punya kemampuan bukan keterbatasan,” ungkapnya.
Selain masih aktif di SLB Kerabat Mulia, ibu lima anak ini juga sudah banyak terlibat dalam gerakan sosial khususnya menangani penyandang disabilitas disejumlah panti rehabilitas milik Pemprov Jatim. Diataranya di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD) Bangil, Bojonegoro, Jombang, Blitar, Pamekasan dan sekolah inklusi di Surabaya.
“Harapan saya agar anak-anak SLB, anak berkebutuhan khusus maupun penyandang disabilitas tidak lagi canggung saat lulus sekolah dan mulai terjun di dunia usaha. Mereka tidak bisa dipandang sebelah mata karena mereka mampu berkarya dengan baik seperti halnya kita yang normal,” tandasnya.
Penulis: Novira