Bacaini.ID, KEDIRI – Anak-anak dan remaja semakin terbiasa dengan ucapan kasar. Yang terjadi, melontarkan umpatan begitu mudahnya meluncur dari mulut mereka.
Fenomena ini jadi kekhawatiran tersendiri bagi orang tua seiring semakin lunturnya tradisi unggah-ungguh (etika) di masyarakat.
Dikutip dari Parent Save Asia, Ben Adrian, pemerhati bawaan lahir dan konsultan pengembangan diri, mengulas tentang fenomena kata-kata kasar.
Yang itu terutama datang dari bibir anak-anak dan remaja dan meluas di lingkungan masyarakat.
Sebab Anak dan Remaja Berkata Kasar
Anak-anak adalah peniru ulung orang dewasa dan perilaku yang ada di sekitarnya.
Tidak mungkin mereka bicara kasar tanpa terlebih dahulu mendengar atau melihat orang lain melakukan hal yang sama.
Ben Adrian mengatakan bahwa sebab dan asal mula anak berkata kasar ada tiga sumber:
• Media Sosial
Media sosial penuh dengan konten-konten populer orang dewasa yang dipenuhi dengan kata-kata kasar.
Ini yang ditiru oleh anak-anak dan remaja hingga terbawa dalam pergaulan mereka sehari-hari.
•Pengaruh Lingkungan
Jika kita perhatikan, anak-anak pasti akan membawa diksi-diksi baru ketika mereka memiliki lingkungan baru.
Ketika pertama bersekolah, memiliki teman baru dan lainnya. Pun perilaku orang tua juga pasti menjadi contoh bagaimana mereka bersikap.
Kata-kata kasar yang mereka ucapkan adalah hasil dari mengcopy-paste lingkungan sekitarnya.
• Menunjukkan Emosi
Kata-kata kasar dianggap bisa mewakili perasaan yang mereka alami di saat marah.
Bisa jadi rasa kecewa yang tidak tersalurkan dengan baik membuat anak menjadi ‘kalap’ dan berujung pada ucapan kasar.
Dampak dari Berkata Kasar
Dampak yang ditimbulkan ketika anak dan remaja terbiasa bicara dengan kata-kata kasar adalah:
•Menurunkan Citra Diri
Dicap negatif oleh lingkungan sekitar. Bukan saja anak diberi label ‘nakal’, ‘kurang ajar’, ‘urakan’, orang tua pun akan merasakan dampaknya.
Dianggap tidak dapat mengatur anak, tidak ajari anak adab dan sopan santun atau bahkan orang tua dianggap ‘kalah’ dengan anak sendiri.
•Ketidakmampuan Kontrol Emosi
Terbiasa melampiaskan emosi dengan bicara kasar menunjukkan ketidakmampuan anak atau remaja mengontrol emosi mereka.
Jika ini tidak diatasi, mereka tidak akan pernah belajar bagaimana mengatur emosi dengan baik. Dampaknya bisa berpengaruh pada kehidupan mereka kelak ketika dewasa.
•Tidak Sadar Menyakiti Hati
Kata-kata kasar yang terbiasa dilakukan, akan menghilangkan kepekaan terhadap perasaan orang lain.
Ucapan kasar bisa saja menyakiti hati orang lain dan menimbulkan dendam. Jika terbiasa dilakukan, rasa empati pada orang lain akan terus terkikis.
Cara Mengatasi Kebiasaan Anak dan Remaja Berkata Kasar
Cara agar anak dan remaja tidak menormalisasi ucapan kasar adalah dengan mengarahkan mereka untuk memperbaiki diri.
•Berpikir Sebelum Bicara
Ajari anak untuk berpikir dahulu sebelum berbicara. Selalu menyadari apa saja yang mereka ucapkan. Baik dalam keadaan marah maupun bercanda.
Beritahu etika dan norma yang berlaku di masyarakat dan agama.
•Ajari Mengganti Kata Negatif Menjadi Positif
Beri mereka opsi kata-kata yang bisa mereka lontarkan secara spontan ketika dalam situasi tertentu.
Misal, ketika terkejut atau marah, alih-alih melontarkan kata ‘anjing!‘, ‘cok!‘ ajarkan anak untuk terbiasa dengan kata ‘astaga!’, ‘astaghfirullah’ dan kata lain yang lebih positif.
•Perbaiki Lingkungan Anak
Termasuk juga awasi tontonan mereka di media sosial. Beri pengertian bahwa yang mereka lihat belum layak untuk usia mereka.
Jauhkan dari lingkungan tidak sehat di sekitar mereka. Apabila perilaku anak terpengaruh dari teman sekolah, diskusikan dengan guru dan cari solusi bersama.
•Latih Cara Menanggulangi Emosi
Latih anak untuk mengenali emosi dan cara menanggulanginya.
Emosi tidak harus selalu disalurkan lewat kemarahan apalagi dengan ucapan kasar.
Ajari anak untuk menyalurkan emosi mereka dengan lebih positif.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif