Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ECOTON, sungai di Tulungagung mengandung mikroplastik karena sungai tersebut tercemari sampah plastik. Adanya kandungan mikroplastik, dapat mengancam ekosistem sungai hingga berdampak pada kesehatan masyarakat.
Pada 3 Januari 2022, ECOTON telah melakukan pengambilan sampel di empat sungai di Tulungagung. Diantaranya adalah anak Sungai Brantas yang menuju pusat kota, sungai pertemuan dari aliran pembuangan pabrik rambak dan pabrik gula di Sungai Ngrowo, DAM Majan serta Sungai Brantas yang mengalir ke luar Tulungagung.
Manager Advokasi dan Litigasi ECOTON, Azis mengatakan, sampel air yang diambil dari masing-masing sungai sebanyak 100 Liter. Selanjutnya sampel disaring menggunakan plankton net yang berukuran 300 Mess untuk menangkap mikroplastik. Sampel yang telah didapat selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
“Hasil pengujian didapati bahwa semua sampel yang diambil positif mengandung mirkoplastik. Perlu diketahui bahwa mikroplastik adalah plastik yang berukuran kecil akibat terfragmentasi. Kandungan mikroplastik sungai di Tulungagung rata-rata sebesar 90 partikel/100 Liter,” kata Azis, Senin, 17 Januari 2022.
Menurutnya, kandungan mikroplastik yang paling banyak ditemukan di sungai pertemuan aliran pembuangan limbah pabrik rambak dan pabrik gula. Padahal wilayah di sekitar sungai tersebut ditempati banyak pemukiman warga.
“Semakin banyak pemukiman di bantaran sungai, maka semakin banyak pembuangan sampah dari masyarakat ke sungai. Apalagi minimnya sarana prasarana pengelolaan sampah di wilayah bantaran sungai itu sendiri,” jelasnya.
Dari hasil penelitian ECOTON, ditemukan beberapa jenis mikroplastik di sungai Tulungagung yakni Fiber, Fragmen dan Filamen. Mikroplastik jenis fiber berasal dari limbah bungan rumah tangga seperti sisa pencuci baju serta juga berasal dari limbah popok. Untuk mikroplastik jenis fragmen berasal dari plastik keras dan jenis mikroplastik filamen berasal dari sachet, kantong kresek, plastik bening dan semacamnya.
Aziz menegaskan bahwa sungai yang mengandung mikroplastik disebabkan karena banyaknya sampah yang mencemari sungai di Tulungagung. Berdasarakan penelitian sebelumnya juga ditemukan 50 timbulan sampah plastik disepanjang Sungai Ngrowo.
“50 timbulan sampah itu didominasi oleh sampah plastik. Kalau untuk sampah organik sangat minim sekali,” paparnya.
Pria asal Sidoarjo itu mengungkapkan beberapa waktu lalu pihaknya juga telah melakukan penelitian terhadap ikan di sungai, ternyata di dalam tubuh ikan juga terdapat mikroplastik. Jika ikan tersebut dikonsumsi oleh manusia, maka mikroplastik bisa terbawa ke dalam tubuh dan dapat memicu terjadinya kanker dan penyakit lainnya.
“Saat ini sungai di Tulungagung sedang sakit. Sungai tidak lagi menjadi tempat bermain dan belajar, karena sungai telah sakit akibat pencemaran limbah plastik. Jika kondisi sungai di Tulungagung tetap seperti ini, maka genarasi penerus hanya akan melihat tumpukan sampah plastik di sungai Tulungagung,” terangnya.
Untuk itu, pihaknya meminta kepada Pemkab Tulungagung agar segera membuat peraturan darah (Perda) terkait pembatasan penggunaan plastik sekali pakai. Rencananya, dalam minggu ini pihaknya akan mengantarkan surat permintaan pembuatan perda tersebut kepada Bupati Tulungagung.
“Kalau hanya membersihkan sampah di sungai tidak akan ada habisnya dan bisa jadi percuma jika tidak ada regulasi yang ditetapkan,” pungkasnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira