• Login
  • Register
Bacaini.id
Monday, May 19, 2025
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
Bacaini.id

Tahu Bah Kacung Setia Gunakan Resep Warisan

ditulis oleh redaksi
22/01/2022
Durasi baca: 3 menit
527 39
1
Tahu Bah Kacung Setia Gunakan Resep Warisan

Herman, pemilik tahu Bah Kacung memajang foto bersama Iwan Fals. Foto: Adhi Kusumo

Bacaini.id, KEDIRI – Salah satu resep menjaga citra Bah Kacung sebagai pelopor tahu takwa adalah mempertahankan cara tradisional. Hingga kini Herman, penerus Bah Kacung, tetap setia menggunakan peralatan kayu dan batu, serta dikerjakan manual dengan tenaga manusia. Bahkan juga masih mempertahankan kayu sebagai bahan bakarnya. 

“Dengan menggunakan gilingan ini rasa tahu lebih gurih karena bubur kedelai tidak lumat terlalu halus seperti hasil jika digiling dengan mesin. Bahkan ampas tahunya masih terasa gurih,” jelas Herman. Sementara industri tahu Kediri lainnya sudah lebih maju. Mereka berproduksi dengan peralatan dan kemasan moderen berbahan pengawet, sehingga bisa mengirim tahu ke luar Kediri.

Tak heran, dibanding kompetitornya,  jumlah produksi tahu Bah Kacung lebih terbatas. Meski telah memulai usaha sejak puluhan tahun silam, Bah Kacung hanya memiliki satu gerai cabang di Jalan Yos Sudarso. Mereka juga tidak menitipkan tahu ke agen manapun.

Rahasia keawetan cita rasa lainnya adalah penggunaan kedelai lokal yang diyakini lebih gurih dan harum. Memang resikonya pada proses pembuatan, yakni memakan waktu lebih panjang. Sebelum dimasak,  kedelai harus benar benar bersih dari kulit ari. Tujuannya agar tahu tidak cepat masam. Untuk melucuti kulit ari, kedelai harus melalui proses perendaman selama enam jam.

baca ini Bah Kacung Pelopor Tahu Takwa Kediri

Setelah bersih, kedelai baru digiling hingga menjadi adonan bubur halus. Perkakas giling ini berupa roda batu yang ditumpuk sehingga as roda bersatu, dan diberi tangkai kayu untuk memutar. Tumbukan batu membuat kedelai berubah menjadi bubur encer kedelai putih.

Tahap berikutnya, bubur kedelai dipanasi di dalam bak atau tungku semen dengan berbahan bakar kayu. Konon bahan bakar kayu membuat tahu matang merata atau lebih tanak. Api pembakaran juga tidak boleh besar. Namun juga tidak boleh sampai mati. 

Setelah matang, bubur kedelai disaring dengan kain. Penyaringan untuk memisahkan dari ampas. Biasanya ampas ini dibeli orang untuk diolah menjadi tempe menjes. Dengan takaran tertentu cairan yang sudah disaring dan dicampuri cuka  itu diaduk sampai menggumpal.

Langkah selanjutnya menuang adonan menggumpal itu ke dalam alat kayu. Proses penuangan ini biasanya disertai penekanan supaya padat dan rata. Agar tahu tidak berair, alat pres kayu diberi empat bandulan besi, yakni masing masing seberat 20 kilogram.

Adonan berada disana selama seperempat jam, sebelum akhirnya menjadi tahu yang dipotong dan siap dijual. “Tak selalu berupa tahu putih, sebagian juga diolah menjadi takwa atau tahu kuning, “terang Herman.

Tahu takwa adalah tahu putih yang telah jadi dimasak dalam campuran air dan tumbukan kunyit, serta sedikit garam. Itu sebabnya, rasa takwa gurih dan sedikit asin. Warnanya juga kuning dan baunya lebih harum ketimbang tahu biasa. Takwa juga enak dimakan begitu saja tanpa dimasak terlebih dulu.

Dalam satu hari Herman dapat berproduksi 200 potong tahu yang berasal dari 20 kilogram biji kedelai. Memang sangat sedikit karena tidak memasarkan ke  agen, hanya cukup di tokonya saja. Selain itu cara pengolahan juga mempengaruhi dari kuantitas tahu.

“Jika menggunakan gilingan mesin dapat dihasilkan lebih 200 potong tahu dari 20 kilogram kedelai. Tapi menurut ayah saya rasa tahu akan berbeda dari yang biasa kami buat. Karena menggunakan gilingan bubur kedelai akan sangat halus. Bahkan ampasnya sangat sedikit,” kata Herman.

Kendati demikian,  di waktu tertentu Herman juga meningkatkan produksi. Misalnya waktu liburan atau saat hari perayaan agama, jumlah tahu yang dibuat dilipatgandakan. Pembelinya tentu saja tidak hanya dari kota Kediri saja tapi juga luar kota, terutama pelanggan dari zaman Bah Kacung.

Tahu dan takwa hasil produksi Bah Kacung memang terkenal berkadar air rendah dan tidak cepat basi. “Kami akan tetap memperlakukan tahu sebagai makanan yang sehat dan bergizi. Membuat dengan benar dan menambahkan bahan yang dapat berbahaya bagi kesehatan. Ini pesan turun temurun,” ungkap Herman.

Penulis: HTW

Tonton video:

Print Friendly, PDF & EmailCetak ini
Tags: bah kacungkuliner kediritahu takwa
Advertisement Banner

Comments 1

  1. Pingback: Bah Kacung, Pelopor Tahu Takwa Kediri - Bacaini.id

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Nelayan di Trenggalek Gelar Upacara Adat Larung Sembonyo

Nelayan di Trenggalek Gelar Upacara Adat Larung Sembonyo

Meme vs Penguasa: Pembungkaman di Ruang Digital

Meme vs Penguasa: Pembungkaman di Ruang Digital

Penting! Perempuan dengan Gejala Menopause Perlu Makanan ini

Penting! Perempuan dengan Gejala Menopause Perlu Makanan ini

  • Kepemilikan tanah dengan Letter C, Petuk D, dan Girik mulai tahun 2026 tidak berlaku. Mulai urus sekarang juga !

    15258 shares
    Share 6103 Tweet 3815
  • Djarum Grup Akuisisi Bakmi GM, Pendapatannya Bikin Melongo

    16569 shares
    Share 6628 Tweet 4142
  • Pamer Hummer Listrik 4,5 M, “Rahasia” Ketenaran Gus Iqdam Dibongkar Netizen

    10853 shares
    Share 4341 Tweet 2713
  • Eks Kapolres Trenggalek Terungkap Bawa Arca Durga ke Bogor

    2794 shares
    Share 1118 Tweet 699
  • Warna Bulu Kucing Ternyata Menunjukkan Wataknya

    4955 shares
    Share 1982 Tweet 1239

 

Bacaini.id adalah media siber yang menyajikan literasi digital bagi masyarakat tentang politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan keamanan, hiburan, iptek dan religiusitas sebagai sandaran vertikal dan horizontal masyarakat nusantara madani.

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Redaksi
  • Privacy Policy

© 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL

© 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist


Warning: array_sum() expects parameter 1 to be array, null given in /www/wwwroot/Bacaini/wp-content/plugins/jnews-social-share/class.jnews-social-background-process.php on line 112