Bacaini.ID, KEDIRI – Orangutan memiliki perilaku sosial yang menarik perhatian para peneliti.
Hasil penelitian terbaru menyebut orangutan cenderung memberi perhatian lebih pada pejantan yang memiliki flensa.
Flensa orangutan jantan merupakan bantalan pipi, lemak yang tumbuh pada wajah orangutan jantan dewasa setelah mencapai pubertas.
Namun, tidak semua orangutan jantan dewasa memiliki flensa. Flensa lazimnya dimiliki mereka yang memiliki karakter dominan.
Penemuan ini memberi wawasan baru tentang bagaimana faktor visual memengaruhi interaksi sosial dalam dunia primata.
Flensa, Lebih dari Sekadar Ciri Fisik
Flensa pada orangutan jantan bukan hanya tanda fisik biasa, namun juga sinyal dominasi dan kekuatan.
Untuk mengembangkan flensa, dibutuhkan waktu bertahun-tahun serta energi besar, dan biasanya berkaitan dengan kadar testosteron tinggi.
Betina umumnya lebih tertarik pada jantan berflensa karena dianggap memiliki kualitas genetik yang lebih baik.
Namun, kehadiran pejantan seperti ini juga dapat menimbulkan rasa waspada karena mereka sering kali bersifat agresif dan mendominasi lingkungan sekitarnya.
Menurut para peneliti, daya tarik sekaligus ancaman inilah yang membuat flensa menjadi pusat perhatian dalam kelompok orangutan.
Bagi betina, fokus ini adalah bagian dari strategi bertahan hidup dan pemilihan pasangan yang cermat.
Hasil Riset: Fokus Mata pada Pejantan Berflensa
Dikutip dari Earth, dalam studi tim dari Universitas Leiden dan Universitas Utrecht, peneliti menggunakan teknologi ‘eye-tracking’ pada orangutan di kebun binatang.
Hasilnya, ketika ditunjukkan dua foto jantan, satu dengan flensa dan satu tanpa flensa, orangutan lebih sering dan lebih lama menatap jantan berflensa.
Dalam penelitian tersebut terlihat orangutan mengamati pejantan berflensa sekitar 55-60% dari waktu mereka, sementara sisanya 40-45% diarahkan pada jantan tanpa flens.
Studi ini juga menemukan pola unik, orangutan kerap lebih dulu melihat sisi kiri layar, terlepas dari siapa yang ditampilkan.
Fenomena ini mirip dengan bias visual yang juga terjadi pada manusia.
Fokus pada pejantan berflensa bukan hanya soal ketertarikan seksual. Bagi sesama pejantan, hal ini bisa menjadi tanda persaingan dan pengakuan dominasi.
Sementara bagi betina, perhatian ini dapat membantu mereka menilai risiko sekaligus potensi pasangan.
Para ahli melihat kesamaan dengan perilaku manusia. Wajah maskulin pada manusia sering kali memicu ketertarikan sekaligus rasa waspada.
Sebuah mekanisme yang mungkin memiliki akar evolusi yang sama.
Penelitian ini menunjukkan bahwa flensa ternyata bukan sekadar tanda fisik.
Flensa jadi kunci memahami hierarki sosial, strategi reproduksi, dan evolusi kognitif dalam dunia orangutan, serta memberikan cerminan tentang perilaku manusia sendiri.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif