Bacaini.id, JOMBANG – Duduk beralaskan tikar dan kain, ratusan perempuan lanjut usia terlihat khusyuk mengikuti kegiatan pondok Ramadan di Masjid Jami’ Roudlotul Arifin. Meski dengan kondisi fisik yang cukup renta, para lansia tetap bersemangat berburu berkah bulan Ramadan.
Lutfian salah satunya. Lansia asal Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri ini menjadi salah satu peserta pondok Ramadan yang digelar di Masjid yang berada di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang.
Santri dadakan peserta pondok Ramadan berusia lanjut memang memanfaatkan teras dan lantai dua bangunan masjid untuk tidur dan menginap. Meskipun demikian, Lutfian mengaku nyaman karena setiap saat dia bisa mengikuti kegiatan pengajian hingga menunaikan ibadah Ramadan.
“Saya inikan single parent, setiap hari di rumah sendirian, jadi ya merasa nyaman saja mondok di sini,” ujar Lutfian kepada Bacaini.id, Sabtu, 09 April 2022.
Sejak berangkat dari rumah, perempuan ini sudah berniat untuk mengikuti seluruh kegiatan pondok Ramadan lansia. Karena masing-masing anaknya sudah hidup berkeluarga, sehingga bulan suci ini dimanfaatkannya untuk beribadah dengan khusyuk.
Selama mondok, sejak dini hari dia sudah mengikuti jadwal kegiatan yang disiapkan panitia. Mulai salat malam berjamaah, mendengarkan ceramah dari pengasuh thoriqoh juga mengaji kitab kuning.
“Beribadah dengan banyak orang, jadi kenal banyak orang jadinya ya senang. Kalau untuk makan sahur dan buka kita bisa masak atau beli di sekitar masjid,” terangnya.
Kegiatan pondok ramadan jamiyah thoriqoh di Kota Santri ini sudah digelar sejak puluhan tahun silam dan menjadi agenda rutin. Peserta yang datang pun berasal dari sejumlah daerah di Indonesia, bahkan sejumlah peserta juga datang dari luar pulau.
Mereka merasa tidak masalah ketika harus tidur beralaskan tikar di lantai teras masjid. Bahkan tidak jarang dari mereka yang membawa alas kasur dari rumah bersama dengan bekal yang ditumpuk didekatnya.
Kepala Desa Cukir sekaligus pelindung Masjid Jami’ Roudlotul Arifin, Sawung Agus Basuki mengatakan kegiatan tahunan yang sempat ditiadakan karena pandemi ini diikuti sekitar 200 orang peserta.
“Tahun ini, peserta paling tua berusia 80 tahun dan paling jauh datang dari Lampung,” kata Sawung.
Selama satu bulan penuh, panitia memberikan fasilitas lokasi tidur dan kegiatan mengaji. Sedangkan untuk makan dan minum, peserta memang sudah biasa memasak sendiri atau juga bisa membeli di sekitar masjid.
“Sebagian mendapatkan kunjungan dan kiriman menu berbuka dari anak dan kerabatnya,” pungkasnya.
Panitia sudah mengatur jadwal kegiatan mulai bangun tidur dan seluruh peserta pondok Ramadan hanya tinggal mengikutinya. Tentu saja dengan peserta lansia ini, panitia sengaja mengatur jadwal agar mereka nyaman mengikuti seluruh kegiatan dengan kekhusyukan.
Penulis: Syailendra
Editor: Novira