Bacaini.ID, BALI – Perayaan Hari Suci Nyepi di Bali berlangsung mulai Sabtu (29/3/2025) hingga Minggu 30 Maret 2025 tepat pukul 06.00 WIT.
Ternyata, perayaan Nyepi pada tahun 2025 ini juga bersamaan dengan tradisi Tumpek Uduh atau Tumpek Wariga atau Tumpek Bubuh atau Tumpek Pangatag.
Ketut (57), salah seorang umat Hindu Gianyar menuturkan, Tumpek Uduh adalah ritual suci agama Hindu di Bali yang bertujuan menghormati tumbuh-tumbuhan.
Secara spiritual, upacara Tumpek Uduh merupakan wujud ungkapan syukur dan penghormatan kepada Dewa Sangkara, pemelihara kesuburan alam.
“Dan pada tahun 2025 ini bebarengan dengan hari raya Nyepi,” tutur Ketut kepada Bacaini.ID Sabtu (29/3/2025).
Hari suci Tumpek Uduh diketahui bagian dari konsep Tri Hita Karana, yakni harmonisasi manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan alam.
Tumpek Uduh dirayakan setiap 210 hari sekali dan selalu jatuh pada hari Sabtu Kliwon.
Dalam ritual Tumpak Uduh, umat Hindu di Bali melakukan ritual upacara di pohon, yakni umumnya di sawah, kebun atau pekarangan yang ada pepohonannya.
Mereka menyajikan sesajen berupa bubur sumsum (bubuh), canang dan banten lain sebagai ungkapan rasa syukur dan simbol kesuburan.
Bersamaan itu badan pohon diketuk-ketuk sembari merapal mantera atau doa dengan harapan pohon tumbuh subur dan berbuah lebat.
Menurut Ketut, usai persembahyangan upacara Tumpek Uduh, umat melakukan penanaman bibit pohon yang itu ungkapan penghormatan nyata kepada alam.
“Karenanya, di Bali setiap menebang pohon selalu ada upacaranya dulu dan harus menanam bibit pohon baru,” terangnya.
Dalam konsep ekologis, ritual Tumpek Uduh di Bali merupakan wujud nyata bagaimana agama, khususnya Hindu memiliki hubungan harmonis dengan alam.
Ketut menambahkan, selain Tumpek Uduh, umat Hindu di Bali juga memiliki hari suci lain, seperti Tumpek Landep dan Tumpek Kuningan.
“Dan mengetuk-ketuk batang pohon agar subur dan berbuah lebat dalam tradisi Tumpek Uduh, sama dengan konsep pertanian modern,” pungkasnya.
Penulis: Solichan Arif