Cukup lama masyarakat mengenal tahu sebagai makanan khas Kota Kediri. Namun sedikit yang faham jika makanan dari Tiongkok itu masuk pertama kali di Kediri melalui Jongbiru.
Perjalanan tahu ke nusantara diperkirakan terjadi di era pemerintahan Kaisar Kubilai Khan di tahun 1292. Suryatini N. Ganie dalam bukunya Dapur Naga di Indonesia menyebut pasukan Kubalai Khan yang membawa tahu ke tanah air.
Jejak itu diyakini Suryatini yang pernah berkunjung ke Kediri dan mendapati tempat berlabuhnya jung-jung Mongol di aliran Sungai Brantas. Jung-jung adalah kapal layar yang banyak terdapat di perairan Asia Tenggara sampai ke pantai timur Afrika.
Menurut Suryatini, jung-jung yang dipergunakan tentara Kubilai Khan ada yang mengangkut bahan makanan untuk tentara. Salah satunya membawa kacang kedelai untuk membuat tahu. “Di kota itu sampai hari masih disebut dengan Jung Biru (Jongbiru),” tulis Suryatini.
Jongbiru adalah nama sebuah desa yang berada di Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri. Diduga kuat tahu masuk pertama kali di Kediri melalui Desa Jongbiru.
Tak diketahui pasti bagaimana transformasi tahu dari tentara Kubilai Khan kepada warga pribumi. Namun yang jelas banyak warga setempat yang kemudian memiliki alat membuat tahu dari kayu dan batu.
Satu-satunya pembuat tahu yang mengklaim sebagai pelopor di Kediri adalah Lauw Soen Hoek. Dia pemilik usaha tahu dengan merek Bah Kacung.
Lauw Soen Hoek merintis usaha pembuatan tahu sejak tahun 1912 di Jalan Patimura Kediri. Nama Bah Kacung dipakai menjadi merek dagang lantaran kebiasaan orang-orang Madura di Jalan Patimura yang memanggilnya ‘Bah’.
“Di sana dulu banyak orang Madura yang memanggil kakek saya Bah,” terang Herman, cucu sekaligus pemegang kendali bisnis tahu takwa Bahkacung saat ini.
Lauw Soen Hoek meninggal di tahun 1963, dan menyerahkan usahanya kepada anaknya Lauw Sing Hian atau Yosef Seger Budisantoso. Sepeninggal Lauw Sing Hian di tahun 2008, usaha tahu takwa Bahkacung bergeser pada anaknya Herman Budiono hingga sekarang.
Kini usaha kuliner legenedaris itu telah berpindah tempat dari Jalan Patimura ke Jalan Trunojoyo, kawasan Pecinan tua yang ada di Kota Kediri.
Meski telah berpindah tangan hingga tiga generasi, tahu takwa Bah Kacung tak pernah berubah. Toko ini tetap buka sejak pukul 06.00 hingga 20.00 WIB. Selain jam buka toko, Herman juga memastikan kualitas dan rasa tahu dan takwa Bah Kacung tak pernah bergeser. “Tahu kami memang sedikit mahal dari tahu Kediri yang lain karena menjaga mutu dan rasa,” terang Herman.
Dia mengaku mempertahankan cara memasak kuno dengan mempertahankan peralatan kayu dan batu. Alat itu dioperasikan secara manual oleh tenaga manusia. Herman meyakini jika pembuatan manual ini akan menghasilkan cita rasa tahu yang lebih gurih karena bubur kedelai tidak lumat terlalu halus.
Pengolahan tahu secara manual juga bisa dilihat di kampung tahu Tinalan, Kecamatan Pesantren. Di tempat ini terdapat beberapa perajin tahu yang masih menggunakan peralatan kayu dan batu. Pemerintah Kota Kediri telah menetapkan tahu sebagai makanan khas kota tersebut. (HTW)