Bacaini.ID, KEDIRI – Gunung Kelud adalah salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia. Gunung ini memiliki pola letusan yang relatif pendek dibandingkan gunung api lainnya.
Sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah meletus lebih dari 30 kali, dengan rentang waktu antara 7 hingga 25 tahun. Letusan Gunung Kelud sering kali disertai dengan aliran lahar yang berbahaya bagi penduduk sekitar.
Salah satu letusan paling mematikan terjadi pada tahun 1586, yang menewaskan lebih dari 10.000 jiwa. Pada tahun 1919, letusan gunung ini menyebabkan banjir lahar dingin yang menghancurkan permukiman penduduk, sehingga sistem pengalihan aliran lahar mulai dibangun pada tahun 1926.
Memasuki abad ke-20, Gunung Kelud tercatat meletus pada tahun 1901, 1919, 1951, 1966, dan 1990. Pola ini membawa para ahli gunung api pada kesimpulan bahwa gunung ini memiliki siklus letusan sekitar 15 tahun.
Namun perubahan frekuensi terjadi pada abad ke-21, dengan letusan besar pada tahun 2007 dan 2014. Letusan terakhir pada 13-14 Februari 2014 menghancurkan kubah lava yang sebelumnya terbentuk akibat letusan freatik tahun 2007.
Gunung Kelud terus menjadi perhatian para ahli vulkanologi karena karakteristiknya yang mudah meletus dan dampaknya yang luas terhadap lingkungan serta masyarakat sekitar. Dengan pola letusan yang relatif sering, pemantauan aktivitas vulkanik dan mitigasi bencana menjadi langkah penting dalam menghadapi potensi erupsi di masa mendatang.
Disclaimer: artikel ini ditulis menggunakan teknologi AI. Hubungi redaksi bacaini.id jika ada koreksi untuk penyempurnaan artikel ini.
Editor: Hari Tri Wasono