• Login
  • Register
Bacaini.id
Thursday, June 26, 2025
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
Bacaini.id

Sejarah Nyirih, Tradisi Kuno Nusantara yang Coba Dibunuh Kolonial Belanda

ditulis oleh Editor
01/02/2025
Durasi baca: 3 menit
531 10
0
Sejarah Nyirih, Tradisi Kuno Nusantara yang Coba Dibunuh Kolonial Belanda

Sejarah Nyirih, Tradisi Kuno Nusantara yang Coba Dibunuh Kolonial Belanda (foto ilustrasi/Pinterest)

Bacaini.ID, KEDIRI – Pada tahun 1980-an tradisi nyirih masih banyak ditemukan di berbagai pelosok tanah air, terutama di masyarakat pedesaan.

Menginjak tahun 90-an tradisi itu berangsur-angsur mulai langka.

Nyirih, nginang, bersugi, bersisik, menyepah, nyusur, merupakan sejumlah istilah untuk kegiatan mengunyah sirih dan pinang.

Di Indonesia, tradisi nyirih menyebar merata di dalam masyarakat tradisional dari pulau Sumatera, Sulawesi, Jawa hingga Papua.

Di Nusa Tenggara Timur (NTT) juga mengenal tradisi ini dengan sebutan nginang.

Meskipun belum diketahui pasti tradisi mengonsumsi sirih dan pinang yang konon telah dimulai sejak zaman neolitikum.

Sekitar 3000 tahun yang lalu, masyarakat Asia Tenggara diketahui melakukan nyirih. Aktivitas ini, bukan sekedar kegiatan individual.

Pada masa lalu, nyirih menjadi ritus sosial tiap orang dewasa, yang itu dilakukan oleh bangsawan hingga rakyat biasa.

Nyirih menjadi simbol keakraban, penghormatan pada lawan bicara atau tamu.

Bahkan ketika seseorang tidak menawarkan atau menolak nyirih saat bertamu, dianggap sebagai sebuah penghinaan.

Dikutip dari situs resmi Pemerintah Indonesia, ada beberapa pendapat bahwa nyirih berasal dari India.

Namun hal itu dipatahkan dengan bukti asal-usul pinang dan sirih yang merupakan tanaman asli kepulauan Indonesia.

Keterangan itu diperkuat dengan fakta bahwa nyirih memiliki posisi yang penting bagi masyarakat Indonesia di masa lalu.

Kemudian tradisi turun menurun yang mengakar hingga kini dengan ritual-ritual adat yang masih memakai pinang dan sirih sebagai simbol.

Jejak sejarah nyirih bisa ditemukan pada relief candi Borobudur dan candi Sojiwan.

Terlihat tempat sirih dan tempat meludah yang disebut dubang serta pahatan orang mengunyah.

Para arkeolog menafsirkan fragmen itu sebagai orang mengunyah sirih lantaran posisi pahatannya yang berdampingan.

Yang juga perlu diketahui, komposisi bahan untuk nyirih beragam. Masing-masing daerah memiliki kekhasan tersendiri.

Selain bahan utamanya adalah daun sirih, pinang dan kapur sirih atau injet, beberapa daerah juga menambahkan cengkeh, pala, kapulaga, kamper, ambar dan minyak rusa.

Namun gambir dan tembakau menjadi dua bahan tambahan yang lazim untuk nyirih dan banyak digunakan sebagai bahan tambahan utama. Ada beberapa yang menggunakan perasan jeruk.

Anthony Reid, sejarawan yang khusus meneliti Asia Tenggara mencatat bahwa tradisi nyirih dalam perjalanannya kemudian diadops orang-orang Eropa di Hindia Belanda.

Nyirih diyakini baik untuk kesehatan gigi. Namun, mulai pertengahan abad ke-18, orang-orang Belanda di Batavia mulai meninggalkan kebiasaan ini karena dianggap menjijikkan.

Hingga kini tradisi nyirih dianggap oleh sebagian orang sebagai bagian ritual adat masyarakat tradisional

Penulis: Bromo Liem

Editor: Solichan Arif

Print Friendly, PDF & EmailCetak ini
Tags: kolonial Belandanginangsejarah nyirihtradisi nusantara
Advertisement Banner

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Suap Jadi Godaan Terbesar Polisi, Kata Jenderal Hoegeng

Suap Jadi Godaan Terbesar Polisi, Kata Jenderal Hoegeng

Indonesia di Antara 50 Negara Paling Damai di Dunia 2025

Indonesia di Antara 50 Negara Paling Damai di Dunia 2025

Libur Sekolah Piknik ke Pantai Mutiara Trenggalek, Ini Daya Tariknya

Libur Sekolah Piknik ke Pantai Mutiara Trenggalek, Ini Daya Tariknya

  • Kepemilikan tanah dengan Letter C, Petuk D, dan Girik mulai tahun 2026 tidak berlaku. Mulai urus sekarang juga !

    15351 shares
    Share 6140 Tweet 3838
  • Djarum Grup Akuisisi Bakmi GM, Pendapatannya Bikin Melongo

    16584 shares
    Share 6634 Tweet 4146
  • Insiden Makan Siang Wapres Gibran di Blitar: Paspampres Halau 3 Mahasiswa

    1113 shares
    Share 445 Tweet 278
  • Pamer Hummer Listrik 4,5 M, “Rahasia” Ketenaran Gus Iqdam Dibongkar Netizen

    10859 shares
    Share 4344 Tweet 2715
  • Warna Bulu Kucing Ternyata Menunjukkan Wataknya

    4961 shares
    Share 1984 Tweet 1240

 

Bacaini.id adalah media siber yang menyajikan literasi digital bagi masyarakat tentang politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan keamanan, hiburan, iptek dan religiusitas sebagai sandaran vertikal dan horizontal masyarakat nusantara madani.

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Redaksi
  • Privacy Policy

© 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL

© 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist


Warning: array_sum() expects parameter 1 to be array, null given in /www/wwwroot/Bacaini/wp-content/plugins/jnews-social-share/class.jnews-social-background-process.php on line 112