Bacaini.ID, KEDIRI – Martabak telur dan martabak manis. Dua jenis kudapan berbeda genre ini hampir pasti bisa ditemukan dalam satu gerobak penjual martabak.
Martabak telur juga biasa disebut sebagai martabak asin. Makanan ini dalam sejarahnya dibawa oleh imigran India.
Sementara martabak manis atau terang bulan adalah makanan asli Tiongkok. Bagaimana dua martabak beda genre bisa nyawiji (Bersatu) dalam satu gerobak?
Sejarah Martabak Telur
Berawal dari seorang pemuda dari Lebaksiu, Tegal, Jawa tengah yang bernama Ahmad bin Abdul Karim berkelana ke kota besar, yaitu Semarang untuk berdagang pada tahun 1930.
Ahmad kemudian bertemu seorang warga India bernama Abdullah bin Hasan al-Malibary yang pandai memasak dan menjadi sahabat.
Persahabatan mereka semakin erat setelah Abdullah menikahi saudara perempuan Ahmad.
Abdullah yang punya keahlian memasak menciptakan jenis masakan khas daerahnya, martabak, yang sudah disesuaikan dengan lidah lokal.
Akhirnya martabak telur atau asin ini berkembang menjadi kudapan favorit masyarakat setempat setelah Ahmad dan istrinya memroduksi untuk dijual.
Sejarah Martabak Manis
Dikenal juga sebagai ‘terang bulan’, merupakan kudapan yang awalnya berkembang di Bangka Belitung.
Diciptakan oleh warga keturunan Tionghoa dari suku Hakka atau Khek. Nama aslinya adalah Hok Lo Pan, yang berarti ‘kue orang Hok Lo’.
Ada juga versi lain yang mengartikannya sebagai ‘kue hoki’, keberuntungan.
Perkembangan martabak manis tidak lepas dari peran perantau Bangka, seperti Hioe Kui Sem, yang memperkenalkan martabak manis ke Bandung pada tahun 1950-an.
Sejarah ‘Bersatunya’ Martabak
Dua jenis kudapan tersebut awalnya memiliki penjualnya sendiri. Di Pulau Jawa, martabak telur lebih dulu berkembang.
Hingga di tahun 1950-an ketika martabak manis atau terang bulan mulai mendapatkan kepopulerannya di tangan Hioe Kui Sem.
Hioe Kui Sem yang berjualan di Pasar Malam Jalan Cikapundung Barat, lapaknya bersebelahan dengan lapak martabak telur yang telah lebih dulu hadir dan laris.
Kedua pedagang ini akhirnya merger untuk memudahkan pemasarannya.
Keduanya, bersepakat menamai dagangan mereka Martabak (versi) Asin dan lainnya Martabak (versi) Manis.
Hasilnya, bisa ditemui hingga kini. Penjual martabak selalu menghadirkan dua versi martabak di lapak mereka.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif