Bacaini.id, KEDIRI – Bagi yang doyan makan sate kambing, warung sate kambing Tenang di Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri ini wajib dicoba. Selain empuknya gak ketulungan, cita rasanya sangat mewakili lidah masyarakat Jawa Timur.
Di kalangan penikmat masakan Timur Tengah, warung sate kambing Tenang di Jalan Letjen Sutoyo no 71 Pare adalah juara. Bahkan jika diadu dengan sate kambing Tulungagung yang kerap disebut sebagai kota sate, tak menandingi kelezatan sate yang satu ini.
Pemiliknya adalah Pak Slamet. Nama itu ikut terpasang di banner depan warung, di sudut bawah nama warungnya.
Mencari warung satu Tenang tidaklah sulit. Tinggal menyusuri jalan raya menuju Kandangan, akan menemukan warung ini di pinggir jalan. Kalaupun tertutup deretan mobil yang parkir di depannya, kepulan asap dari pembakaran sate akan mudah terlihat. Sebab sejak dibuka mulai pagi hingga malam, warung sate ini tak pernah kehabisan pengunjung.
Desain warung dan perabotan yang vintage cukup memberi gambaran usia warung yang tak lagi muda. Bahkan sejak puluhan tahun silam, Pak Slamet telah berbisnis sate kambing dan bertahan hingga kini. “Kalau tidak enak pasti sudah tutup sejak dulu,” kata pramusaji perempuan yang hilir mudik mengantar pesanan.
Masuk akal. Nama sate Tenang atau sate Pak Slamet memang telah terkenal sejak dulu. Salah satu cabangnya di wilayah Kota Kediri juga ramai dikunjungi pembeli.
Tak ada menu lain yang dijual di warung ini selain sate kambing dan gulai. Potongan daging tiap tusuknya juga tergolong besar. Meski daging kambing tak dibakar kering untuk mempertahankan teksturnya, tak ada bau amis yang tercium. Benar-benar sempurna.
Kesan luar biasa langsung terasa sejak gigitan pertama. Teksturnya benar-benar empuk dan gurih. Jauh dari kesan daging kambing yang memerlukan gerak rahang kuat untuk mengunyah. Bahkan anak kecil pun akan dengan mudah mencernanya.
Komposisi ini makin lengkap saat memesan satu mangkuk gulai kambing. Kuahnya yang kental dengan bumbu rempah yang kuat makin menambah kenikmatan menyantap sate kambing. Potongan daging, kulit, hingga jeroan dan tulang memenuhi mangkuk hingga nyaris luber. Tak akan habis untuk disantap dua orang sekaligus.
Entah bagaimana cara mengolahnya. Tiap potongan daging yang disajikan terasa sangat lembut. Baik gulai maupun satenya nyaris tak bisa dipilih karena saking lezatnya.
Sementara itu dari depan warung, sekelompok pria memainkan musik keroncong secara live dengan sound sistem sederhana. Alunan tembang-tembang lawas yang dinyanyikan membawa kenangan akan nikmatnya menyantap sate. Sungguh sebuah pengalaman kuliner yang patut diulang dan diulang.
Dan pada akhirnya, harga selalu membawa rasa. Jangan kaget jika juru hitung di depan kasir mematok banderol cukup mahal. Satu porsi sate yang terdiri dari 10 tusuk dihargai Rp 40.000. Demikian pula satu mangkuk gulai kambing. Harga itu belum terhitung nasi putih, kerupuk, dan minuman yang juga dipatok tak murah.
Meski relatif mahal, warung sate Pak Slamet tak pernah kehabisan pembeli. Warung ini juga menjadi ikon sate kelezatan sate kambing yang tak bisa ditemukan di tempat lain. Tertarik untuk mencoba?
Penulis: HTW