Bacaini.ID, KEDIRI – Umur republik masih belia saat Sukarni atau Soekarni atau Bung Karni mendesak Soekarno meletakkan jabatan Presiden Indonesia.
Sukarni menilai Bung Karno tidak pantas melanjutkan jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia. Penilaian itu diucapkan di depan Wakil Presiden Moh Hatta.
Kepemimpinan nasional kata Sukarni tidak layak dipegang pemimpin yang kurang revolusioner. Pemimpin yang lembek.
Sukarni menilai pidato Presiden Soekarno dalam menjawab ultimatum Inggris jauh dari revolusioner.
Inggris mengancam membumihanguskan Surabaya jika rakyat Indonesia tidak menyerah. Inggris marah atas tewasnya Jenderal (Sekutu) AWS Mallaby pada akhir Oktober 1945.
Soekarno berseru kepada arek-arek Surabaya untuk tidak terpancing dengan ultimatum Sekutu. Rakyat dimintanya tetap tenang.
Menurut Sukarni gaya kepemimpinan dalam situasi revolusi harus revolusioner. Dan yang pantas menggantikan Bung Karno adalah Tan Malaka.
“Tan Malaka lah, katanya (Sukarni) yang sesuai tuntutan revolusi dalam memimpin perjuangan,” demikian dikutip dari buku Mohammad Hatta Biografi Politik.
Sikap keras Sukarni kepada Presiden Soekarno tidak lepas dari peristiwa Testamen Politik Tan Malaka atau surat wasiat politik.
Testamen tentang pewaris kepemimpinan nasional yang ditandatangani oleh Soekarno-Hatta pada 1 Oktober 1945.
Suara keras Sukarni dihadapi Bung Hatta dengan sikap tenang. Mengedepankan kepala dingin dalam segala situasi sudah jadi ciri khas Hatta.
Sukarni, aktivis asal Garum Blitar Jawa Timur itu diingatkan.
Kata Hatta, mengganti kepala negara tidak sama dengan mengganti ketua perkumpulan. Ada mekanisme yang harus dilalui.
Juga harus ada pembahasan di dalam Badan Pekerja KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat).
“Hatta menganjurkan Sukarni untuk membicarakan hal ini dalam Badan Pekerja (KNIP), karena Sukarni kebetulan anggota Badan ini,” dikutip dari buku Mohammad Hatta Biografi Politik.
Sukarni menolak anjuran Bung Hatta. Ia memilih melakukan manuver politik dengan menggalang kekuatan sosial politik.
Kemudian melebur ke dalam wadah organ Persatuan Perjuangan: 141 organisasi politik, termasuk laskar dan partai politik yang dipelopori Tan Malaka pada tahun 1946 di Purwokerto Jawa Tengah.
Upaya politik Bung Karni menggantikan kepemimpinan Soekarno dengan Tan Malaka gagal. Meski demikian tidak berhenti digelorakan.
Penulis: Solichan Arif