Bacaini.id, MALANG – RSSA Malang selaku rumah sakit rujukan utama korban tragedi Kanjuruhan bersikukuh bahwa penyebab kematian korban bukan karena gas air mata. Selain itu, korban selamat yang menderita mata merah juga merupakan iritasi sedang.
Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang, Syaifullah Asmiragani mengklaim bahwa penyebab utama korban jiwa pada tragedi Kanjuruhan terjadi akibat hipoksia atau kehabisan nafas.
”Dalam situasi itu mereka mengalami multi trauma. Gas air mata itu ada kontribusi, tapi penyebab utamanya karena mereka berdesak-desakan di pintu,” jelas Syaifullah saat dihubungi, Selasa, 25 Oktober 2022.
Sementara itu disinggung terkait dengan kondisi korban selamat yang rata-rata menderita mata merah, bahkan sampai saat ini, Syaifullah mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya tengah melakukan peneletian khusus.
Meski demikian, dia mengatakan bahwa hal itu tidak perlu dikhawatirkan. Menurutnya, bahan gas air mata bersifat kimiawi yang tidak berbahaya dan juga tidak diperlukan penanganan khusus.
“Itu iritasi ringan dan sedang, jadi tidak sampai mengalami gangguan penglihatan. Diperkiraan, dalam waktu tiga sampai empat minggu kedepan akan sembuh,” terangnya.
Lebih lanjut, Syaifullah menambahkan bahwa sejak awal kejadian, pelayanan RSSA Malang bersifat menangani kegawatdaruratan, tidak sampai meneliti terkait kandungan gas air mata. Jika penelitian baru dilakukan sekarang, hal itu dinilai sudah tidak lagi relevan.
“Kalau mau dilakukan sekarang ya sudah gak relevan, karena kandungan itu mungkin sudah tidak ada lagi di dalam tubuh pasien,” pungkasnya.
Penulis: A.Ulul
Editor: Novira