Bacaini.ID, NGANJUK – Tepat pada peringatan May Day atau Hari Buruh Sedunia pada Kamis 1 Mei 2025, cerita pilu tentang sosok Marsinah kembali mengemuka.
Usai memimpin aksi buruh dengan tuntutan kenaikan upah layak, pada 4 Mei 1993 perempuan asal Nganjuk itu diketahui tewas dalam kondisi yang mengenaskan.
Jasad Marsinah ditemukan terbujur kaku di gubug tepi jalan Dusun Jegong Desa/Kecamatan Wilangan Kabupaten Nganjuk pada 9 Mei 1993 atau 8 hari pasca perayaan May Day.
Marsinah merupakan buruh PT Catur Putra Surya (CPS), sebuah pabrik arloji di Porong Sidoarjo Jawa Timur yang terkenal kritis.
Wiji (82) warga setempat menuturkan, saat pertama kali melihat tubuh yang telentang itu, ia sempat mengira orang yang sedang ketiduran.
“Setelah saya periksa orangnya tidak bergerak. Kemudian di bagian pojok mata dikerubuti semut,” tutur Wiji mengenang peristiwa 32 tahun silam itu Kamis (1/5/2025).
Pada peringatan May Day 2025 ini, Wiji telah mendatangi gubuk tempat di mana jasad Marsinah pertama kali ia temukan.
Ia hadir bersama sejumlah aktivis Komunitas Pecinta Sejarah dan Ekologi Nganjuk (Kotasejuk) yang tengah berdoa bersama untuk mendiang Marsinah.

Menurut Wiji, dirinya langsung bergegas melaporkan apa yang dilihatnya itu kepada kepala dusun dan diteruskan kepada kepolisian.
“Posisi kepala di sebelah utara dan kaki di selatan, beralaskan tanah,” lanjutnya.
Lokasi gubuk berada di tengah-tengah tanaman tebu. Pada saat itu belum berdiri bangunan rumah warga. Termasuk aliran listrik juga belum masuk ke sana.
Sehingga pada malam hari nyaris gelap gulita. Kabar adanya sosok manusia terbaring di gubuk, kata Wiji sebetulnya sudah didengar warga sejak pagi.
Sejumlah anak kecil bahkan sempat melempari batu lantaran dikira orang gila yang sedang tidur. Namun yang dilempari tidak juga beranjak.
Wiji mendatangi gubuk menjelang sore karena diperintah kamituwo (kepala dusun) setelah mendengar adanya orang asing di gubuk.
“Kira-kira ditemukan jam setengah dua,” terangnya.
Penemuan jasad itu berbuntut panjang. Apalagi setelah identitas terungkap bernama Marsinah yang meninggal dunia lantaran disiksa.
Wiji mengaku harus bolak-balik ke Sidoarjo dan Surabaya untuk dimintai keterangan sebagai saksi. Seingatnya ia diperiksa di Sidoarjo 7 kali dan 5 kali di Surabaya.
Amin Fuadi, Ketua Komunitas Komunitas Pecinta Sejarah dan Ekologi Nganjuk menambahkan, kegiatan doa bersama untuk Marsinah di gubuk pertama kali dilakukan.
Sebelum menggelar acara, para aktivis Kotasejuk bersama warga melakukan perbaikan atap gubuk, pengecatan, hingga pemasangan plakat.
Aksi penanaman pohon juga dilakukan di sekitar gubuk. Yang diketahui Amin, selama ini tidak banyak orang tahu tempat di mana jasad Marsinah pertama kali ditemukan.
Padahal gubuk itu bernilai sejarah, sekaligus bisa menjadi sarana edukasi kepada generasi muda dalam mengingat perjuangan Marsinah.
“Marsinah luar biasa dalam memperjuangkan hak-hak buruh dan pengaruhnya secara nasional luar biasa,” tutur Amin.
Penulis: Asep Bahar
Editor: Solichan Arif