Bacaini.id, KEDIRI – Ratusan sumur warga Kota Kediri tercemar logam. Warga mengeluhkan sakit perut dan mulas akibat mengonsumsi air dari sumur.
Kondisi tersebut dialami warga Lingkungan Wonosari, Kelurahan Bujel, Kecamatan Mojoroto. Mereka mengatakan air dari dalam sumur berwarna kekuningan dan mengeluarkan bau tidak sedap.
Ketua RW Lingkungan Wonosari, Supandi mengungkapkan kondisi ini sudah terjadi sejak belasan tahun yang lalu. Namun warga terpaksa tetap menggunakan air itu karena digunakan untuk keperluan sehari-hari.
“Kalau digunakan untuk memasak, masakannya jadi berwarna kekuningan. Sedangkan kalau digunakan untuk mencuci baju, warnanya juga berubah dan bajunya jadi gampang rusak,” kata Supandi kepada Bacaini.id, Sabtu, 19 Maret 2022.
Supandi mengungkapkan pencemaran air berawal dari aktivitas warga yang memang seringkali membangun rumah dengan mencetak batu bata merah sendiri.
Puluhan tahun yang lalu, banyak tanah digali, hingga kemudian ditimbun dengan material atau limbah pabrik dari perusahaan rokok yang dulu sempat ada di lingkungan setempat.
“Dulu warga mendapat limbah pabrik itu gratisan,” imbuhnya.
Disebutkannya, ada sekitar 200 Kepala Keluarga yang terdampak kondisi air yang tercemar.
Mewakili warganya, Supandi meminta kepada Pemerintah Kota Kediri untuk segera turun tangan dan memberikan solusi. Karena ada sekitar 200 Kepala Keluarga terdampak air sumur yang tercemar.
“Kami minta bantuan kepada pemerintah, karena air ini menjadi kebutuhan utama untuk kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri, Dokter Fauzan Adhima mengatakan pihaknya telah meninjau lokasi dan melakukan uji lab. Pihaknya memastikan jika air sumur warga tercemar kandungan logam dan bakteri e-coli.
Petugas Dinkes juga telah melakukan pemeriksaan kesehatan kepada ratusan warga setempat. Namun, pihaknya belum menyimpulkan apakah sakit yang dialami warga murni akibat dari percemaran air.
“Berdasarkan data kami baik dalam pengobatan gratis hari ini ataupun rekam medis belum mengarah ke sana,” kata Dokter Fauzan.
Dijelaskannya, dampak kesehatan yang diakibatkan pencemaran logam dan e-coli cukup bervariasi. Dalam jangka pendek, dampak yang mungkin terjadi salah satunya adalah kelainan kulit seperti gatal.
Sedangkan jangka menengah biasanya menyebabkan diare juga kekurangan gizi terutama pada ibu hamil dan bayi.
“Dampak jangka panjang yang paling berbahaya bisa menyebabkan kanker, kelainan pada ginjal, hati dan organ vital lainnya,” imbuhnya.
Sebagai upaya pencegahan, lanjutnya, agar warga terhindar dari paparan pencemaran air, Pemkot Kediri, melalui Dinas PUPR dan PDAM berkolaborasi dalam penyediaan air bersih bagi warga setempat.
Hal itu dianggap paling efektif lantaran letak titik awal pencemaran hingga penyebarannya masih sulit diketahui.
“Masalahnya kejadian ini sudah muncul sejak puluhan tahun lalu. Jadi kami upayakan untuk beralih menggunakan air PDAM,” terangnya.
Dalam hal ini, pembiayaan pemasangan air PDAM akan ditanggung oleh pemerintah. Namun biaya bulanan, memang dibebankan kepada warga terkait.
Terkait dengan biaya tersebut, tidak semua warga sepakat. Sehingga opsi lain yang diambil, pemerintah berinisiatif untuk menyediakan kebutuhan air bersih yang dapat dipergunakan secara umum di sejumlah titik.
“Dalam penggunaannya warga juga masih tetap harus membayar tapi lebih murah,” pungkasnya.
Penulis: Novira