Bacaini.ID, KEDIRI – Sejak remaja sudah menggauli dunia tulis-menulis. Cerpen dan esai-esainya banyak menghiasai surat kabar lokal. Namanya Mochtar Lubis.
Lahir 7 Maret 1922 di Padangsidempuan Sumatera Utara, Mochtar Lubis kemudian dikenal sebagai jurnalis dengan karya liputan yang tajam dan kritis.
Karir jurnalistiknya diawali sebagai reporter Kantor Berita Antara setelah Indonesia merdeka. Ketajaman tulisannya membuat Mochtar kerap berbenturan dengan kekuasaan.
Pada tahun 1957 Mochtar Lubis ditahan rezim Pemerintahan Soekarno lantaran tulisannya yang kelewat kritis. Ia menghirup udara bebas pada tahun 1961.
Mochtar yang pernah bergabung dengan Partai Masyumi pada masa revolusi kemerdekaan 1945 itu, memang kepala batu.
Udara pengap penjara tidak membuatnya jera. Pantang bagi Mochtar Lubis menjadi gedibal kekuasaan.
Pendiri sekaligus Pemimpin Redaksi surat kabar Indonesia Raya yang merangkap redaktur majalah Horison itu tetap tajam dan kritis.
Pada masa rezim Orde Baru, Mochtar Lubis kembali dijebloskan bui lantaran tulisannya yang mengeritik tajam pemerintahan Soeharto.
Mochtar juga dikenal sebagai seorang sastrawan. Salah satu karyanya yang kesohor adalah novel berjudul Jalan Tak Ada Ujung (1952).
Kemudian Senja di Jakarta (1963), Harimau! Harimau! (1975) serta Maut dan Cinta (1977). Buah penanya yang paling terkenal adalah Tahun-tahun yang Tak Pernah Dihapus (1962) dan Catatan Subversif (1980).
Ceramahnya di TIM pada 6 April 1977 yang kemudian dibukukan dengan judul Manusia Indonesia, menghebohkan.
Mochtar Lubis terang-terangan menyebut sisi lain pada diri Manusia Indonesia yang ia rangkum ke dalam 6 sifat yang menonjol.
Yakni, munafik atau hiporit, enggan atau segan bertanggung jawab atas perbuatannya, bersikap dan berperilaku feodal, percaya tahayul, artistik atau berbakat seni dan lemah watak atau karakternya.
Pada tahun 1978 Mochar Lubis telah menerima penghargaan bergengsi Ramon Magsaysay untuk bidang jurnalisme.
Penghargaan yang sama diketahui juga diterima sastrawan asal Blora Jawa Tengah, Pramoedya Ananta Toer.
Mochtar Lubis juga dikenal sebagai pejuang kebebasan pers dan sekaligus pendiri Yayasan Obor Indonesia pada tahun 1970.
Seperti halnya Seymour Hersh, jurnalis kawakan Amerika Serikat. Bagi Mochtar Lubis jurnalis yang baik harus selalu bertanya, mempertanyakan dan mengungkap kebenaran.
Jurnalis yang dihormati kawan maupun lawan ini tutup usia pada 2 Juli 2004 di Jakarta.
Penulis: Solichan Arif