Bacaini.ID, KEDIRI – Mungkin nama Mahbub Djunaidi menjadi salah satu dari Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang paling mendapat tempat di kalangan insan jurnalis organisasi pers lain.
Sebut saja para jurnalis yang tergabung dalam Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan yang termuda, Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI).
Mahbub Djunaidi diketahui pernah menjabat sebagai Ketua Umum PWI Pusat periode 1965-1970, yakni dari masa Orde Lama akhir hingga Orde Baru awal.
Lahir di Jakarta 27 Juli 1933, Mahbub dikenal sebagai jurnalis, sastrawan, politikus dan agamawan yang memiliki gaya penulisan satire yang renyah, humoris, tajam dan sekaligus pedas.
Kepiawaiannya menganyam kata membuatnya dijuluki sebagai “Pendekar Pena”. Hasrat Mahbub Djunaidi dalam dunia tulis-menulis terlacak sejak bersekolah menengah pertama.
“Paus” sastra Indonesia HB Jassin pernah memuji cerpen berjudul “Tanah Mati” di majalah Kisah, yang ditulis Mahbub saat masih duduk di bangku SMP.
Kemudian novelnya “Dari Hari ke Hari” yang diterbitkan Balai Pustaka pada tahun 1975, mendapat penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta.
Bagi penyuka bacaan sastra, terjemahan Mahbub Djunaidi pada novel Animal Farm karya George Orwell dengan judul Binatangisme sebagai terjemahan yang paling apik.
Sementara di lingkungan pers tanah air, Mahbub dikenal sebagai Pemimpin Redaksi surat kabar Duta Masyarakat periode 1960-1970.
Duta Masyarakat diketahui sebagai surat kabar kaum nahdliyin (NU). Duta Masyarakat merupakan lawan tangguh koran Harian Rakyat milik PKI.
Juga sekaligus kompetitor kuat surat kabar Abadi milik Masyumi, Pedoman milik PSI dan Suluh Indonesia milik PNI.
Nahdliyin Tulen
Dalam rekam jejak perjalanan hidupnya, Mahbub Djunaidi juga dikenal aktif di pergerakan, yang itu terlacak sejak masih berstatus pelajar.
Pada usia 19 tahun ia menjabat Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI) dan sekaligus anggota Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU).
Mahbud Djunaidi merupakan Ketua Umum pertama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tahun 1960 dan juga aktif di Gerakan Pemuda Ansor.
Puncak karirnya di organisasi saat menjabat Wakil Sekjen Nahdlatul Ulama (NU) dan Wakil Ketua I PBNU untuk dua periode yakni 1970-1979 dan 1984-1989.
Mahbud Djunaidi juga pernah menjadi wakil di DPRGR/MPRS periode 1977-1982 dari Partai NU.
Mahbub Djunaidi wafat 1 Oktober 1995 di Bandung Jawa Barat.
Warisan pemikirannya hingga kini terus dikenang, terutama di kalangan jurnalis, sastrawan, dan aktivis organisasi Islam di Indonesia.
Editor: Solichan Arif
Disclaimer: Artikel ini ditulis dengan teknologi kecerdasan buatan (AI). Hubungi redaksi Bacaini.ID jika ada yang perlu dikoreksi untuk penyempurnaan tulisan kami.