Bacaini.ID, BLITAR – Orang-orang Blitar yang tumbuh pada medio 1970 hingga 1980-an tentu masih ingat dengan kepiawaiannya beretorika sekaligus mengolah suara.
Di atas podium, bunyi pesawat terbang, tembakan meriam, ledakan bom, hingga suara binatang, bisa diconteknya dengan apik.
Bahkan suara Bung Karno membaca teks Proklamasi kemerdekaan, termasuk pidato Bung Tomo yang berapi-api, dijiplaknya nyaris sempurna.
Itulah KH Yasin Yusuf, singa podium asal Kademangan Kabupaten Blitar. Sebagai mubaligh, nama Kiai Yasin bukan hanya populer di Blitar, namun juga kesohor hingga level nasional.
Kehadirannya setiap Minggu Wage di alun-alun Kota Blitar selalu dibanjiri ribuan bahkan belasan ribu jamaah pengajian. Ceramahnya selalu ditunggu publik.
Dikutip dari berbagai sumber, Presiden Soekarno pun terpikat dan itu yang membuat Kiai Yasin selalu diundang ceramah di Istana Negara setiap bulan maulid.
Dalam catatan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Kiai Yasin juga rutin berceramah di acara haul Sunan Bonang di Tuban Jawa Timur.
Kiai Yasin Yusuf diketahui lahir di Kademangan Kabupaten Blitar pada tahun 1934. Di struktural NU, namanya tercatat di kepengurusan tingkat MWC (kecamatan).
Kendati demikian, ia merupakan salah satu ulama NU yang dekat dengan KH Wahab Chasbullah, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama.
Pada masa NU masih menjadi partai politik, Kiai Yasin menjadi komunikator yang ampuh untuk pendulangan suara NU di Pemilu 1955.
Ajakannya yang persuasif membuat banyak orang bersimpatik kepada Partai NU.
“Silahkan tidak suka dengan NU. Mau apa dengan NU silahkan. Tapi untuk pemilu kali ini, tolong bantulah NU. Sekali saja, cobloslah NU”.
Informasi yang dihimpun, pada masa rezim orde baru, Presiden Soeharto pernah menawari Kiai Yasin untuk menjadi anggota DPR RI, namun ditolaknya.
Sahabat KH Hamim Djazuli atau Gus Miek itu memilih istiqomah menjadi mubaligh.
Ia tetap menjadi penceramah yang mengambil uang honor secukupnya dan selebihnya dibagikan kepada tukang becak dan fakir miskin.
Kiai Yasin Yusuf tutup usia pada tahun 1992 dan dimakamkan di komplek makam Aulia di Dusun Tambak, Desa Ngadi, Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri.
Penulis: Solichan Arif