Bacaini.ID, KEDIRI – Kasman Singodimedjo membuat pernyataan kontroversi terkait dengan polemik Darul Islam (DI).
Ia mengusulkan Pemerintahan Presiden Soekarno semestinya memberi ampunan (amnesti) kepada para anggota DI yang telah tertangkap.
DI atau lengkapnya DI TII diketahui mencoba hendak mendirikan Negara Islam Indonesia, dan oleh rezim Soekarno dianggap makar.
Orang-orang DI TII kemudian ditangkapi, termasuk Imam besarnya, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Amnesti, kata Kasman adalah satu-satunya jalan untuk memulihkan keamanan. Ia mengibaratkan pemerintah dan DI sebagai ayah dan anak.
“Betapapun nakalnya anak, yah kalau diajar tidaklah sampai dipukul mati,” tulis surat kabar Abadi 19 September 1955.
Abadi merupakan koran milik Partai Masyumi, dan Kasman Singodimedjo adalah Wakil Ketua Umum Masyumi.
Selang sehari berita muncul di Abadi, koran Harian Rakyat, corong Partai Komunis Indonesia (PKI) langsung menurunkan tulisan menyerang.
“DI anaknya, Masyumi ayahnya”, cibir Harian Rakyat sekaligus untuk memperlihatkan kesamaan ideologi antara DI dan Masyumi.
Berita Harian Rakyat ini sekaligus balasan kepada Abadi yang beberapa hari sebelumnya menurunkan tulisan “bahaya kebangkitan pemberontak komunis 1948”.
Lahir di Kalirejo Purworejo Jawa Tengah 25 Februari 1904, Kasman Singodimedjo sejak muda diketahui aktif di organisasi Muhammadiyah.
Dalam perjalanannya, kiprahnya lebih dikenal sebagai Ketua Umum Jong Islamieten Bond (JIB) 1930-1935.
Di JIB Kasman banyak beririsan dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional, seperti KH Agus Salim, H.O.S Tjokroaminoto, Natsir, Muhammad Roem dan Syekh Ahmad Surkati, yang itu menempa pemikirannya.
Pada masa penjajahan Jepang, Kasman Singodimedjo menjadi Komandan Batalion PETA di Jagamonyet, Petojo Jakarta.
Ia terlibat pengamanan saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dikumandangkan di Pegangsaan Timur. Termasuk saat rapat umum IKADA, Kasman bertindak sebagai pengamanan.
Ia juga tercatat sebagai anggota tambahan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan Ketua KNIP.
Memiliki latar belakang tentara, pemerintahan Soekarno pada 23 Agustus 1945, menunjuk Kasman Singodimedjo sebagai Ketua BKR (Badan Keamanan Rakyat) Pusat, cikal bakal TNI.
Dalam perjalanan karirnya ia juga pernah menjabat sebagai Jaksa Agung selama setahun (periode 1945-1946).
Pada masa pemerintahan Soekarno yang dianggap Masyumi condong ke kiri, Kasman pernah ditahan lantaran dituduh hendak merongrong negara.
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, Kasman Singodimedjo juga tetap kritis yang itu sempat membuat Soeharto gusar.
Ia memang selalu tampil sebagai pelurus di saat negara dalam keadaan salah urus.
Kasman Singodimedjo tutup usia 25 Oktober 1982 dan dimakamkan di tempat pemakaman umum Tanah Kusir Jakarta.
Penulis: Solichan Arif