Publik Indonesia kembali dihebohkan aksi simbolik pejabat negara. Menteri Koordinator Bidang Pangan Republik Indonesia, Zulkifli Hasan, memanggul karung beras di lokasi bencana.
Aksi ini viral di media sosial dan media massa dengan narasi seragam, “Momen menyentuh hati terekam saat Menko Pangan Zulkifli Hasan tak segan mengangkat sendiri karung beras di lokasi bencana banjir”.
Pro kontra pecah di media sosial. Sebagian masyarakat menilai aksi itu sebagai bukti kepedulian. Namun tak sedikit yang mengkritiknya sebagai pencitraan belaka.
Erving Goffman, sosiolog yang terkenal dengan teori dramaturgi, memandang interaksi sosial sebagai sebuah pertunjukan teater. Dalam konteks politik, pejabat adalah aktor yang tampil di panggung depan (front stage) untuk membangun citra tertentu. Sementara panggung belakang (back stage) adalah ruang strategi dan motif yang tidak terlihat publik.
Dalam atraksi yang dilakukan Zulkifli Hasan, aksi memanggul beras adalah pertunjukan di panggung depan. Gestur sederhana itu menampilkan citra pemimpin yang peduli, kuat, dan dekat dengan rakyat. Kamera menangkap momen tersebut, lalu menyebarkannya ke publik sebagai simbol kepedulian.
Publik yang kritis kemudian bertanya, “Apakah aksi ini bagian dari strategi distribusi bantuan atau sekadar simbol pencitraan?”
Kritik muncul karena masyarakat menilai tindakan tersebut lebih sebagai gestur simbolik daripada solusi substantif terhadap masalah pangan. Warganet lebih condong menilai aksi itu tidak otentik. Dengan kata lain, pertunjukan panggung depan yang dilakukan sang Menteri Pangan gagal.
Alih-alih memperkuat citra positif, hal ini justru menimbulkan image backlash, yakni citra balik yang negatif karena dianggap hanya pencitraan. Di era media sosial, pergeseran bingkai ini terjadi sangat cepat karena publik aktif membentuk narasi tandingan.
Framing yang dibangun tim kreatif Zulkifli Hasan telah gagal membangun citra positif. Tindakan simbolik dengan memanggul beras ternyata tidak menyelesaikan masalah substantif. Video korban bencana alam yang kelaparan hingga berebut beras yang dijatuhkan dari helikopter bertebaran di media sosial.
Fenomena ini memberi pelajaran penting bagi politisi maupun pejabat yang gemar melakukan “aksi panggung”, bahwa sebagus apapun pertunjukan yang dipertontonkan, masyarakat memiliki kemerdekaan untuk menilai yang tak bisa didikte.
Penulis: Hari Tri Wasono





