Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Tingginya angka perceraian pasangan muda serta kekerasan seksual menjadi perhatian aktivis perempuan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Untuk membantu korban, mereka menyiapkan pengawalan persoalan perempuan melalui platform media sosial.
Langkah ini dilakukan Korp PMII Putri (KOPRI) Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung sebagai program pemberdayaan perempuan di Tulungagung. Di kabupaten ini angka perceraian pasangan muda terbilang cukup tinggi.
“Meningkatnya kasus perceraian ini dilatarbelakangi jumlah pernikahan dini yang ada. Hal ini sangat berdampak pada masa depan mereka. Terutama bagi perempuan yang harus hidup di tengah stigma perempuan yang gagal dalam membangun rumah tangga,” kata Linda Saniatul Aqla, pegiat KOPRI kepada Bacaini.id, Selasa 29 Juni 2021.
Tak hanya perceraian muda, para perempuan di Tulungagung juga masih menjadi korban kekerasan seksual, terutama oleh orang sekitar. Karena itu PMII menyiapkan pengawalan persoalan perempuan melalui platform media sosial, dengan tujuan memutus rantai kejahatan perempuan secara tuntas dan tersistem.
Mahasiswi semester VI ini berharap Korp PMII Putri menjadi wadah untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender di masyarakat. Sebab sudah saatnya pegiat kampus turun di tengah masyarakat, dan tidak menjadi menara gading yang elit.
Hal yang sama juga ditegaskan Ketua KOPRI Pengurus Besar PMII, Maya Muizatil Lutfillah yang tengah menggagas prinsip mandiri dan maju bagi perempuan. “Kader putri harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang matang, berani dan memiliki mental yang kuat menghadapi segala tantangan,” katanya.
Maya juga memastikan bahwa organisasi KOPRI PMII tidak akan menutup mata terhadap persoalan perempuan, termasuk yang terjadi di Tulungagung. Masyarakat perempuan diminta tidak takut menyampaikan persoalan kepada anggota PMII untuk mendapatkan advokasi secara proporsional.
Penulis: Naphan Fathoni Aziz
Editor: HTW
Tonton video: