Pesta gay yang melibatkan 56 pria di apartemen kawasan Kuningan Jakarta mengejutkan publik. Hal ini mengungkap fakta terjadinya penyimpangan seksual secara masif di sekitar kita.
Sabtu, 29 Agustus 2020, pukul 03.00 WIB dini hari menjadi malam jahanam bagi penjaga moral masyarakat Indonesia. Di malam itu, Polda Metro Jaya menggerebek puluhan pria yang tengah melakukan hubungan seksual sejenis. Para pakar bersepakat menyebut mereka sebagai pengidap kelainan seksual.
Di era peradaban modern, penyimpangan ini diyakini makin menyebar secara masif. Teknologi komunikasi digital memfasilitasi relasi mereka untuk bersama-sama “merawat” penyimpangan seksual. Alhasil populasi gay makin bertambah di tengah tatanan kehidupan sosial yang menabukan mereka.
Ancaman perilaku seksual ini sejatinya telah disuarakan oleh Achmad Albar, Ian Antono, Donny Fatah, Teddy Sujaya, dan Abadi Soesman sejak tahun 1980. Grup rock legendaris God Bless menulis satu lagu khusus yang mengisahkan perilaku manusia yang mencintai sejenis, berjudul Sodom dan Gomorah.
Lagu yang ditulis Ian Antono ini mengisahkan perilaku dosa penduduk Sodom dan Gomora (Amora) yang melakukan persetubuhan sesama jenis di jaman Nabi Luth. Tuhan melaknat mereka dengan menurunkan hujan belerang dan api dari langit yang sangat dahsyat dan mematikan. Akibatnya, Kota Sodom dan Gomora luluh lantak.
Begini Ian Antono menulis:
Dahulu mereka bersuka
Berbuat dosa pada sesama
Kobarkan api dalam dunia
Serta terbitkan bencana
Nafsu membara
Memuncak hasrat pada sesama
Noda mewarnai semesta
Sodom Gomorah
Sumber petaka
Tak disangka, lagu yang menjadi ikon di Album Cermin selain Musisi dan Balada Sejuta Wajah ini menjadi ‘alarm’ sepanjang masa. Sebuah pesan moral dari musisi berambut gondrong dan celana robek yang kerap dilekatkan dengan stigma minor.
Di saat tatanan norma mulai goyah, God Bless bersuara. Melalui harmonisasi lagu, mereka merekam peristiwa paling kelam dan menyuarakannya dengan lantang. Liriknya sarat dengan kritik sosial tanpa menghakimi siapapun. Seperti lirik Sodom dan Gomorah yang menukil kisah lampau sebagai kaca benggala hari ini.
Perlawanan terhadap kaum gay seperti jalan tak berujung. Mereka hidup di sudut-sudut rumah tanpa bisa dikenali wujudnya. Keterangan polisi yang menyebut beberapa pria beristri sebagai peserta pesta seks di Kuningan membuat siapapun ketar-ketir. Jauh lebih mengerikan dari virus Corona yang tak merusak akhlak. God Bless u all. (Hari Tri Wasono*)
*) Penulis adalah Pemimpin Perusahaan Bacaini.id