Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Berbekal pengetahuan dan alat sederhana, Abu Toyib, seorang pengrajin asal Desa Purworejo, Kecamatan Ngunut dapat menciptakan lukis bakar. Kini karya lukis bakarnya sudah merambah pasaran di Indonesia.
Dunia lukis bakar, masih menjadi hal baru bagi Abu. Pasalnya lukis bakar baru saja dia mulai, ketika pandemi Covid 19 masuk ke Indonesia. Namun, sebelum mengenal lukis bakar dia sudah menekuni kerajinan kayu.
“Kalau kerajian kayu saya sudah lama menekuninya. Tapi kalau masalah lukis bakar, saya baru mulai ketika awal pandemi Covid 19,” kata Abu kepada Bacaini.id, Rabu, 15 Juni 2022.
Pria berkumis itu menjelaskan, mulanya dia hanya iseng untuk mencoba membuat lukis bakar. Bahkan dia tidak pernah mendapatkan pelatihan khusus mengenai seni lukis bakar.
“Saya tidak pernah diajari, karena awalnya saya hanya coba-coba saja. Bahkan saya juga tidak pernah belajar dari internet, ini murni usaha saya sendiri,” terangnya.
Menurut Abu, hasil lukis bakar sangat ditentukan pada tahap finishing. Lukisan yang telah jadi kemudian diplitur dan harus dijemur di bawah sinar matahari. Artinya, cuaca menjadi salah satu hal yang wajib diperhitungkan.
Jika dijemur saat cuaca mendung, meskipun kering, namun hasilnya akan menjadi tidak maksimal atau bahkan harus kembali mengulang lagi dari proses penghalusan kayu. Selain itu, cuaca juga berpengaruh pada lamanya waktu penjemuran.
“Kalau cuaca cerah, proses penjemuran satu hari saja sudah bisa selesai. Kalau mendung atau hujan, bisa sampai empat hari, apalagi kalau media kayunya kecil,” jelas Abu.
Menurut Abu, membuat lukis bakar tidak membutuhkan alat khusus. Dia hanya menggunakan kayu sebagai media lukis dan solder untuk alat melukis. Jenis kayu, biasanya dia menggunakan kayu pinus.
“Sebenarnya semua jenis kayu bisa menjadi media lukis bakar, tapi kalau ingin lebih bagus bisa menggunakan kayu jenis jati belanda,” ujarnya.
Lebih lanjut, bapak dua anak ini mengungkapkan bahwa rata-rata setiap satu bulan dia bisa mengerjakan pesanan sekitar 50 lukisan bakar dengan berbagai macam gambar. Lukisan tersebut dijual mulai dari harga Rp50 ribu sampai jutaan rupiah, tergantung tingkat kesulitannya.
“Semakin sulit motifnya semakin mahal harganya. Biasanya saya saya pasarkan lewat media sosial, yang dikelola istri saya. Jadi pesanan bisa datang dari berbagai daerah di Indonesia,” tandasnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira