Bacaini.ID, KEDIRI – Dalam pandangan konservatif, laki-laki dituntut untuk jadi provider bagi perempuan pasangannya.
Laki-laki harus sanggup memenuhi segala kebutuhan terutama masalah finansial. Intinya berkewajiban menafkahi perempuan secara penuh.
Pada pasangan di mana perempuan punya penghasilan lebih besar seringkali timbul masalah tersendiri dalam kehidupan rumah tangga.
Ketimpangan penghasilan bisa jadi bom waktu yang merusak hubungan jika tidak segera diatasi bersama melalui kompromi dan komunikasi yang baik.
Bisa menimbulkan efek psikologis dan mengancam keharmonisan. Berikut dampak yang bisa timbul jika tidak teratasi:
Persepsi sosial
Memiliki istri yang berpenghasilan lebih banyak akan mengundang pandangan sosial yang dapat menekan psikologis laki-laki.
Perasaan tidak setara, takut dianggap ‘nebeng’ hidup, gaya hidup yang berbeda, dan pandangan negatif lainnya.
Masalah emosional
Ada dua kemungkinan negatif yang bisa mengubah perilaku laki-laki ketika memiliki istri dengan penghasilan lebih banyak.
Menjadi rendah diri dan merasa tidak memiliki kuasa dalam masalah rumah tangga, atau menikmati posisinya sebagai pihak yang berpenghasilan lebih rendah.
Ini membuat laki-laki menjadi abai pada tanggung jawab dan menyerahkan semua urusan rumah tangga pada perempuan.
Untuk mengatasi ketimpangan penghasilan dalam rumah tangga, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan pasangan, dikutip dari Marriage:
Fokus pada kontribusi, bukan perbandingan
Uang bukan satu-satunya kontribusi dalam kehidupan rumah tangga.
Alih-alih memberi uang yang banyak pada pasangan, laki-laki yang memiliki penghasilan lebih rendah bisa berkontribusi dalam urusan lain.
Misalnya pengasuhan anak, terlibat dalam urusan domestik rumah tangga, memberi perhatian dan kasih sayang penuh pada keluarga ketika berada di rumah.
Menetapkan tujuan keuangan bersama
Mengelola keuangan secara bersama. Masing-masing pihak tetap memiliki tanggung jawab yang harus dijalankan.
Walaupun tidak dapat mengatasi seluruh masalah keuangan, tetap harus memberi nafkah untuk kebutuhan tertentu dalam rumah tangga.
Misalnya, menentukan siapa yang membayar tagihan listrik, membayar sekolah anak, untuk belanja bulanan dan lainnya.
Kompromi ini akan memudahkan penerimaan pada masing-masing dan tumbuh perasaan saling menghargai.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif