Bacaini.ID, KEDIRI – Penemuan bunga rafflesia hasseltii merupakan peristiwa langka. Video penemuan itu viral di media sosial belum lama ini. Bahkan salah seorang ilmuwan penemu meluapkan emosinya dengan menangis histeris, bahagia.
Video yang diunggah oleh akun Oxford University tersebut menampilkan kesuksesan tim peneliti yang berasal Indonesia dan Oxford University. Apresiasi dari berbagai pihak atas keberhasilan penemuan bunga rafflesia hasseltii ini berdatangan.
Kendati demikian di platform TikTok, tak sedikit warganet yang meremehkan penemuan bunga langka ini.
Kontroversi mengenai penemuan bunga langka rafflesia hasseltii tak berhenti di situ. Akun media sosial Oxford University dibanjiri komentar negatif dari banyak warganet Indonesia. Ada apa sebenarnya?
Baca Juga:
- Banjir Rejeki Petani Bunga di Awal Puasa
- Surga Tanaman Hias itu Ada di Malang Raya
- Mengenal Valais Blacknose, Shaun The Sheep di Dunia Nyata
Rafflesia Hasseltii, Jenis Paling Langka
Secara umum, bunga rafflesia tersebar di wilayah Asia Tenggara: Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina.
Setiap negara memiliki spesies asli endemik sendiri dan Indonesia menjadi ‘rumah’ terbesar dengan beragam spesies rafflesia.
Dari total 31 spesies rafflesia di seluruh dunia, Indonesia memiliki 16-18 jenis di antaranya. Yang paling terkenal dan terbesar juga seringkali ditemukan adalah rafflesia arnoldi.
Sementara rafflesia hasseltii adalah jenis sangat langka dan terancam punah. Jenis ini juga hanya ada di Indonesia.
Status konservasi rafflesia hasseltii sangat Terancam Punah (Critically Endangered atau CR). Hal itu menurut daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Jadi, jika ada yang mengatakan populasi rafflesia tersebut banyak, sangat keliru. Mungkin yang dimaksud adalah rafflesia arnoldii yang memang lebih sering ditemukan.
Rafflesia hasseltii memiliki masa tumbuh dan berkembang yang unik, misterius dengan waktu yang lama. Namun masa mekarnya singkat sebelum akhirnya layu dan membusuk.
Biji rafflesia hasseltii yang sangat kecil, menginfeksi tanaman inangnya dan berproses di dalamnya selama beberapa tahun. Para peneliti memperkirakan sekitar 4-5 tahun. Proses pertumbuhan ini paling tidak terlihat karenanya dianggap misterius.
Setelahnya tumbuh knop, fase kuncup, berupa gumpalan coklat berbentuk seperti kubis. Pertumbuhan kuncup dari mulai muncul hingga siap mekar sekitar 6-9 bulan lamanya.
Fase kuncup merupakan masa paling krusial bagi rafflesia hasseltii. Di fase ini, bunga ini lebih sering mati karena membusuk maupun dimakan hewan pengerat.
Jika kuncup bisa bertahan hingga matang, kelopak luarnya akan mulai mekar dan dalam hitungan jam, bunga ini akan mekar sempurna.
Fase mekar sempurna ini bertahan hanya 3-7 hari saja sebelum mulai layu dan membusuk.
Jadi tidak heran jika pencarian bunga ini butuh waktu bertahun-tahun dan berhasil. Penemuan yang membuat para peneliti menangis haru seperti dalam video viral penemuan rafflesia hasseltii yang viral di media sosial.
Klaim Sepihak Oxford Memicu Protes
Penemuan rafflesia hasseltii di kawasan hutan hujan pedalaman Sumatera Barat beberapa waktu lalu merupakan momen penting bagi dunia botani dan konservasi di Indonesia bahkan dunia.
Tim peneliti yang melakukan ekspedisi pencarian rafflesia hasseltii adalah gabungan yang melibatkan para peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), peneliti dari Universitas Oxford yang dipimpin oleh ahli biologi Chris Thorogood, pegiat konservasi, dan anggota Komunitas Peduli Puspa Langka setempat, khususnya Septian Andriki.
Septian Andrika adalah laki-laki dalam video viral yang menangis histeris setelah menemukan bunga ini. Tangisan dan takbir yang ia serukan bukan tanpa alasan. Andrika telah menjelajah berbagai wilayah untuk menemukan rafflesia hasseltii selama kurang lebih 13 tahun.
Kecintaannya pada puspa langka membawanya dalam misi konservasi dan dokumentasi ilmiah. Sementara dari BRIN adalah Joko Witono dan pegiat konservasi lokal dari Lembaga Pengelola Hutan Nagari Sumpur Kudus, Iswandi.
Namun, video penemuan rafflesia hasseltii yang viral dari akun media sosial resmi Oxford University, hanya mencantumkan nama Chris Thorogood sebagai penemu.
Hal ini yang memicu protes warganet Indonesia di kolom komentar akun medsos Oxford University yang merasa ‘terhina’ karena di caption hanya tertulis ‘Chris dan orang pribumi’.
Tidak hanya warganet Indonesia yang menanyakan kenapa para peneliti lokal tidak disebutkan, beberapa warganet asing juga mempertanyakan Oxford yang hanya menyebutkan peneliti dari pihaknya saja dan dianggap tidak etis karena ini merupakan penemuan ilmiah.
Kolom komentar yang dipenuhi dengan teguran dan tuduhan ‘decolonizing science’, mental penjajah dan lainnya akhirnya ditanggapi Oxford dengan mengganti caption video yang lebih lengkap dan menyebutkan tim dari Indonesia.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif





