Bacaini.ID, KEDIRI – Memiliki bos pemarah dan kasar adalah mimpi buruk bagi setiap karyawan.
Namun studi baru menunjukkan bahwa para pemimpin dengan karakter tertentu menimbulkan dampak yang lebih buruk daripada sekedar bos pemarah.
Para peneliti Stevens Institute of Technology, melakukan survei dan eksperimen lapangan pada lebih dari 650 karyawan tetap yang berbasis di Amerika Serikat dan Eropa.
Hasil penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of Applied Psychology menyatakan pemimpin dengan karakter “kepribadian ganda” memiliki dampak sangat buruk bagi karyawan maupun perusahaan secara keseluruhan.
Sifat dari pemimpin yang dimaksud adalah perilaku atasan yang seringkali berubah-ubah menghadapi karyawan. Mereka tidak hanya bersikap kasar pada bawahan, namun juga bisa berubah jadi atasan yang sangat baik dan penuh etika di lain waktu.
Pemimpin dengan kepribadian yang berubah-ubah ini berpikir bahwa mereka dapat memperbaiki perilaku buruknya dengan bersikap baik ke karyawan pada keesokan harinya.
Dalam penelitian tersebut, perilaku atasan yang tidak pasti ini justru menurunkan semangat kerja dan kinerja karyawan secara tajam.
Ketidakpastian ini membuat karyawan akan selalu berpikir bagaimana mood bos-nya pada hari itu. Hal ini membuat karyawan kelelahan secara emosional, kehilangan semangat, dan tidak mampu bekerja secara maksimal.
Studi ini juga menemukan bahwa ketika atasan berganti-ganti gaya kepemimpinan antara kasar dan etis akan menciptakan ketidakpastian tambahan dan mengikis kepercayaan karyawan terhadap kemampuan atasannya.
Untuk perusahaan, penelitian ini memberi wawasan baru yang penting.
Selama ini perusahaan cenderung lebih tegas pada pemimpin yang bersikap kasar secara terus menerus untuk melindungi pekerjanya, dan mengabaikan perilaku pemimpin yang hanya pada saat-saat tertentu saja terlihat kasar.
Faktanya justru pemimpin yang karakternya berubah-ubah inilah yang lebih toxic pada karyawan.
Di lingkungan kerja, hubungan antara karyawan dan atasan memiliki pengaruh penting pada kesolid-an tim. Hubungan ini berdampak pada kinerja dan hasilnya.
Jika hubungan tersebut menjadi tidak dapat diprediksi, ditandai dengan perilaku baik dan buruk yang bergantian secara berulang, ini dapat menyebabkan masalah nyata bagi karyawan dan seluruh tim.
Untuk menghindari gaya kepemimpinan “kepribadian ganda” ini, para peneliti mengatakan, perusahaan harus memperhatikan karyawan yang menyuarakan keluhannya, dan meminta pertanggungjawaban pemimpin bersangkutan atas perilaku kasar yang sporadis.
Ada baiknya juga mempertimbangkan pelatihan manajemen kemarahan bagi para pemimpin yang menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan.
Kepemimpinan yang kasar dan terputus-putus cenderung bersifat impulsif. Hal ini menandakan ada ruang untuk mengurangi atau menghilangkannya dengan membantu para pemimpin mengelola emosi mereka dan meningkatkan pengendalian impuls mereka.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif