Bacaini.ID-JAKARTA- John B Calhoun adalah peneliti dari Amerika Serikat kelahiran kota Tennessee, 11 Mei 1917 yang mengajar di Emory University dan Ohio State University dan bekerja di National Institute of Health (NIH) selama 33 tahun. John adalah ahli dan peneliti perilaku sosial hewan dan manusia khususnya tentang potensi buruk akibat kelebihan populasi dan kepadatan penduduk. Penelitiannya yang terkenal adalah “Universe 25”, yaitu mengeksplorasi dinamika sosial populasi tikus dalam lingkungan yang terkendali.
Pada tahun 1960, eksperimen ini dimulai dengan memasukkan sekelompok kecil tikus ke dalam lingkungan yang disediakan segalanya: makanan, air, dan tempat tinggal yang melimpah tanpa adanya predator (pemangsa tikus). Yang terjadi, awalnya, lingkungan ini tampak ideal, yang menyebabkan populasi tikus tumbuh dengan cepat.
Setelah beberapa waktu, populasi tikus berkembang pesat dan mencapai puncaknya, yaitu sekitar 2.200 ekor. Setelah mencapai ambang batas tertentu, perilaku sosial tikus mulai memburuk atau menurun. Penelitian ini dilakukan dalam waktu 550 hari. Pada saat populasi tikus ini mencapai puncaknya, tanda perubahan perilaku tikus terjadi bukan karena saling merebut makanan dan minuman tetapi justru perilaku lain, seperti :
Pertama, tikus betina mulai menunjukkan tanda-tanda stres, mengabaikan atau bahkan membunuh anak mereka sendiri.
Kedua, tikus berperilaku aneh yaitu tidak menyukai berhubungan dengan lawan jenis karena kondisi populasi yang penuh, tidak nyaman, justru mereka berhubungan sesama jenis.
Ketiga, para tikus membentuk kelompok-kelompok, saling mengintimidasi hingga saling membunuh tidak peduli tikus muda, tua, laki atau betina. Banyaknya pembunuhan ini menurunkan jumlah mereka, terlebih mereka tidak mau berhubungan lawan jenis karena tekanan sosial yang tinggi dan tingkat stres yang tinggi juga
Keempat, sebagian tikus mengasingkan diri, hanya berfokus pada perawatan diri, dan berhenti berinteraksi secara sosial, disebut sebagai “Beautiful Ones.” Tikus-tikus yang fokus pada kecantikan ini tidak berkontribusi ke reproduksi lebih lanjut, yang akhirnya menyebabkan penurunan populasi.
Penelitian Calhoun dilakukan beberapa kali, namun hasil penelitiannya tetap sama untuk memastikan akurasi penelitiannya. Meski mendapat reaksi penentangan, penelitian ini dianggap tidak dapat diterapkan dengan teori dan prediksi yang sama pada manusia modern, namun meningkatnya jumlah populasi manusia di dunia saat ini ternyata banyak didapatkan perilaku yang sama dengan hasil eksperimen tikus ini, yaitu perubahan perilaku sosial manusia yang saat ini sering ditemukan dalam keseharian, meskipun saat ini teknologi semakin modern, akses informasi semakin mudah sehingga seharusnya pengetahuan yang benar mudah didapatkan, namun faktanya justru :
- perilaku kekerasan meningkat termasuk kekerasan dalam rumah tangga meningkat (kekerasan antar pasangan, kekerasan terhadap anak). Banyak terjadi pembunuhan orang tua pada anak atau sebaliknya;
- semakin maraknya perilaku penyuka sesama jenis (LGBT), lesbian dan homoseksual
- meningkatnya keinginan untuk tidak menikah dengan gaya hidup friend with benefit. Di Jepang, orang tidak mau menikah, menggunakan boneka sebagai teman hidup karena tingginya biaya hidup
- perilaku memiliki anak tetapi tidak menikah dengan platonic parenting dengan menggunakan donor sperma atau berhubungan dengan laki-laki lain untuk mendapatkan anak namun tidak ada ikatan perkawinan
- sedikit berbeda dengan kondisi tikus yang membentuk kelompok dan melakukan kekerasan dan pembunuhan. Manusia melakukan kerusakan di muka bumi karena perubahan perilaku sosial manusia:
– manusia yang menjadi masyarakat yang terhimpun dalam suatu negara saling berperang, menggunakan senjata pemusnah massal, melakukan genosida seperti perang Gaza karena perebutan wilayah, perang Ukraina-Rusia karena merebutkan hegemoni, sumber daya alam dan kekuasaan
– perang karena agama dan ideologi oleh terorisme karena merasa paling benar,
Artinya masyarakat modern yang semakin pintar (pandai) dan kreatif karena dukungan akses informasi yang mudah dan cepat tidak cukup menjadikan manusia modern dengan perilaku yang baik. Peperangan, konflik politik, terorisme banyak dilakukan oleh orang-orang pintar, pemimpin yang pandai tetapi tidak dibarengi pemikiran yang benar, beradab dan bijak.
Sama halnya juga dengan pemikiran perilaku sosial manusia menyimpang lainnya seperti penyuka sesama jenis, plantonic parenting mungkin saja dilakukan oleh orang-orang pintar, tetapi tidak dibarengi dengan cara berpikir benar, bijak dan beradab bagaimana menjaga keberlangsungan dan kesinambungan hidup manusia di masa mendatang agar tidak punah seperti tikus tadi.
Penulis : Danny Wibisono
Editor : Hari Tri Wasono