Bacaini.ID, KEDIRI – Para peneliti mendeteksi jejak sepuluh jenis obat umum dalam sampel karang yang diambil dari Teluk Eilat, Laut Merah.
Hal itu meningkatkan kekhawatiran tentang dampak penggunaan obat-obatan oleh manusia terhadap ekosistem laut.
Di antara obat-obatan yang ditemukan adalah sulfametoksazol, jenis antibiotik yang terdeteksi pada 93 persen sampel karang.
Noa Shenkar, penulis utama penelitian mengatakan, bahwa dalam penelitian pertama yang dilakukan, mereka meneliti dengan skala besar untuk mendeteksi adanya residu obat pada karang.
Dikutip dari laman newsweek.com, para peneliti dibuat terkejut dengan penemuan banyaknya kandungan obat-obatan bahkan di karang laut dalam yang biasanya lolos dari kontaminasi.
Tim peneliti mengambil sampel 96 karang batu pembentuk terumbu, beberapa di antaranya terletak lebih dari 30 meter di bawah permukaan laut.
Hasilnya mengejutkan. Terungkap tidak ada satu pun sampel karang, berapa pun kedalamannya yang bebas residu obat.
Obat-obatan yang terdeteksi antara lain jenis antibiotik, obat tekanan darah, antidepresan, statin, dan obat pencahar.
Kehadiran senyawa-senyawa yang sering diberikan kepada manusia itu menunjukkan bahwa terumbu karang terpapar polutan melalui pembuangan air limbah ke laut.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan tim menunjukkan bahwa obat-obatan tertentu dapat mengganggu biologi spesies laut, dengan dampak mulai dari perubahan perilaku reproduksi pada ikan hingga kerusakan memori pada cumi-cumi.
Para peneliti berpendapat bahwa dampak serupa dapat merusak sinkronisasi pemijahan karang, yang berpotensi menimbulkan bencana bagi populasi karang.
Terumbu karang, khususnya yang berada di Teluk Eilat, berperan sebagai pusat keanekaragaman hayati laut yang penting.
Terumbu karang menyediakan makanan dan habitat bagi berbagai spesies sekaligus mendukung industri lokal, termasuk perikanan dan pariwisata.
Kehadiran obat-obatan di jaringan karang menambah kekhawatiran dan menunjukkan bahwa aktivitas manusia sudah begitu jauh mencemari lingkungan laut.
Kendati demikian para peneliti menekankan bahwa tujuan penelitian bukan untuk menghalangi penggunaan obat-obatan yang bisa menyelamatkan nyawa manusia.
Sebaliknya, mereka menyerukan perbaikan proses pengolahan air limbah untuk menyaring residu farmasi dengan lebih baik.
Pengembangkan metode pengolahan limbah baru yang dapat secara efektif menangani senyawa farmasi perlu dilakukan. Pembuangan obat-obatan lama atau kadaluarsa juga harus lebih hati-hati agar tidak membahayakan lingkungan.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif